Sekitar 1,4 Juta Anak Meninggal Setiap Tahun

Sumber:Kompas - 19 Agustus 2008
Kategori:Sanitasi

Stockholm, Senin - Sekitar 1,4 juta anak meninggal dunia setiap tahun akibat penyakit yang terkait diare, lingkungan tidak higienis. Oleh sebab itu jelas bahwa sanitasi global telah menjadi masalah lingkungan terbesar dunia.

Masyarakat di negara-negara berkembang menghadapi peningkatan risiko kesehatan yang serius. Menurut studi Lembaga Manajemen Air Internasional (IWMI) di 53 kota di dunia yang dipaparkan dalam Konferensi Internasional Air, Senin (18/8), di Stockholm, Swedia, hal itu akibat meluasnya pemakaian air limbah untuk irigasi di daerah perkotaan tanpa diolah dulu.

Lebih dari separuh lahan pertanian di hampir 70 persen kota- kota di negara dunia ketiga diairi dengan air buangan kotoran tanpa diolah dulu sehingga menyebarkan epidemi.

Peneliti dari IWMI, Liqa Raschid Sally, mengatakan, ”Air limbah digunakan mengairi 20 juta hektar melintasi negara-negara berkembang, khususnya di negara-negara Asia seperti China, India, dan Vietnam, tetapi juga dipraktikkan di hampir tiap kota di Kawasan Sub-Sahara Afrika dan sejumlah kota di Amerika Latin.”

Pengairan semacam ini penting untuk memasok makanan di perkotaan dan menambah mata pencarian bagi rakyat miskin. Oleh karena itu, peningkatan pasokan air bersih lebih dianjurkan dibanding melarang total penggunaan air limbah.

Pemakaian air limbah untuk irigasi meningkatkan risiko kesehatan serius sebab umumnya digunakan pada produksi sayuran dan tanaman biji-bijian, seperti padi dan jagung. Akibatnya, risiko kesehatan meningkat pada konsumen sayuran yang memakan tanpa dimasak.

Sally berbicara tentang hal itu saat pembukaan Konferensi Internasional Air yang dihadiri 2.500 ilmuwan, politisi, dan pejabat pemerintah dari 140 negara di dunia. PBB menetapkan 2008 sebagai Tahun Sanitasi.

Di Accra, ibu kota Ghana misalnya—penduduknya 2 juta— 200.000 penduduknya tergantung pada sayur-mayur yang diproduksi di lahan pertanian di pinggiran kota yang diairi dengan air buangan kotoran.

Rawan dikorupsi

Para partisipan konferensi juga menekankan perlunya meningkatkan transparansi dalam mata rantai produksi air. Lebih dari 45 persen pembiayaan penyediaan air bersih di seluruh dunia rawan diselewengkan atau dikorupsi.

Direktur Program Global Transparansi Internasional Christian Poorter kepada kantor berita AP menyatakan, produksi air relatif mudah dikorupsi karena melibatkan proyek pembangunan infrastruktur skala besar yang sering dibebani praktik korupsi dan lemahnya koordinasi antardepartemen.

Ketika banyak sumber daya dikerahkan untuk penyediaan air bersih, masalah korupsi justru tidak mendapat perhatian serius. ”Banyak yang berpendapat, saat kita berbicara korupsi, kita sebenarnya membicarakan negara berkembang. Padahal, kasus korupsi juga terjadi di negara-negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD),” ujarnya. (AP/AFP/EVY)



Post Date : 19 Agustus 2008