Sekolah Pun Tak Luput Jadi Korban Banjir

Sumber:Kompas - 06 Februari 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
Banjir memang tidak pilih kasih. Di tengah keterpurukan dunia pendidikan dan perbaikan gedung sekolah yang berkejaran dengan waktu, tiba-tiba luapan air merendam bangunan sekolah di sejumlah tempat di Ibu Kota.

Rendaman air itu, menurut warga di Petamburan, Jakarta Barat, bahkan ada yang bertahan lebih dari seminggu. Berangkat menuju ke SD Negeri 05, 06, 07 atau 08 di kawasan Petamburanyang sejak beberapa hari terakhir sebagian digunakan sebagai tempat pengungsian sementarakini tak bisa lagi dicapai dengan berjalan kaki, melainkan harus berperahu karet.

Seperti pada Senin (5/2), perahu karet berwarna keputihan yang didayung empat marinir itu meluncur membelah air coklat berlumpur dan bersampah. Di kiri dan kanan terlihat rumah warga yang terendam.

"Di sini memang rawan banjir karena dekat sungai. Tetapi ini yang paling besar setelah tahun 2002. Lima tahun lalu, sekolah tidak bisa beroperasi selama beberapa minggu karena air tak surut-surut," ujar Ruslan, guru olahraga di SD Negeri 06 Petamburan.

Saat ini lantai satu SD Negeri 05 dan 06 sudah penuh air. Padahal, bangunan sekolah itu baru saja diperbarui. Bahkan sekarang dilengkapi dengan laboratorium, yang juga tak luput dari genangan air. Sejumlah alat peraga diperkirakan rusak. Begitu pun buku-buku pelajaran dan data para murid.

Namun, sekolah berlantai tiga itu masih memberikan jasanya dengan menjadi tempat penampungan pengungsi di lantai dua dan tiga. SD 06 satu gedung dengan SD 05 Petamburan. Dari lantai dua dan tiga, warga menonton banjir atau sibuk menjemur pakaian mereka di pinggir balkon sekolah. Ruslan termasuk pengungsi yang menempati lantai tiga.

Mintarsih yang mengajar di kelas VI SD Negeri 07 Petamburan juga bernasib serupa. Mintarsih mengungsi di bangunan tempat sehari-hari ia mengajar. "Belum tahu sampai kapan sekolah diliburkan. Seluruh lantai satu bangunan SD ini terendam air," katanya. Pemerintah DKI Jakarta mencatat, dari total 2.158 SD negeri yang ada, 40 persen di antaranya terganggu proses belajar-mengajarnya.

SMA Negeri 60 di Kemang Timur, Jakarta Selatan, kondisinya juga tak lebih baik. Banjir yang mulai melanda sejak Kamis malam pekan lalu dengan sangat cepat mengisi lebih separuh ketinggian ruangan di lantai satu.

Pada Senin pagi, air memang sudah kering, tetapi menyisakan kerusakan mengenaskan. Ruang audio visual kedap suara yang dibangun dengan biaya ratusan juta rupiah, perpustakaan, ruang tata usaha, ruang unit kesehatan sekolah, dan ruang musik sempat terendam air. Ratusan koleksi buku pelajaran, buku bacaan, data siswa, data administrasi sekolah, dan berbagai peralatan mahal rusak berat. Sebagian tidak dapat dipakai lagi.

Kepala SMA Negeri 60, Ny Rachmawati Malik, mengemukakan bahwa sejak sekolah itu direhabilitasi tiga tahun lalu belum pernah terkena banjir lagi. "Waktu rehabilitasi sengaja ketinggiannya dinaikkan 1,5 meter. Tetapi, tahun ini banjir parah sekali akibatnya. Air sepertinya berputar dan menjungkirbalikkan lemari-lemari," ujarnya. (INE)



Post Date : 06 Februari 2007