Selamatkan Sumber Air melalui Mertitok

Sumber:Suara Merdeka - 06 April 2005
Kategori:Air Minum
SUMBER mata air di kawasan Gunung Merbabu, tepatnya di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, sangat potensial dan kekuatan debitnya cukup tinggi. Namun banyak sumber mata air tanpa perawatan akan sia-sia. Dengan kata lain, sumber bisa berkurang bahkan hilang.

Dari kenyataan itu, warga Desa Jrakah sejak beberapa tahun ini mempunyai tradisi mertitok atau upacara ritual untuk menyelamatkan atau mempertahankan sumber mata air. Upacara ritual itu bisa berupa kenduri, pergelaran reog, dan lain-lain. Selain itu, warga juga melakukan kegiatan menanam pohon di lereng Gunung Merbabu.

Camat Selo Luwarno mengatakan, sumber mata air di kawasan Gunung Merbabu tidak hanya potensial tetapi jumlahnya cukup banyak. Berdasarkan data yang dihimpun, setidaknya ada puluhan sumber. Di antaranya sumber mata air Luwar, Singit, Gambasan, Tulangan, Pakis, Genta, dan Babon. Kekuatan debit air antara satu sumber dan sumber lainnya tidak sama, yakni 5-10 liter/detik. Sumber mata air itu dimanfaatkan warga untuk keperluan sehari-hari.

Pada saat tertentu, kucuran air dari sumber akan berkurang. Karena itu, warga desa mempunyai keyakinan untuk menjaga mata air, yaitu dengan melakukan upacara ritual misalnya menggelar kondangan di rumah atau kawasan Gunung Merbabu. Kegiatan ritual itu juga diwujudkan dalam bentuk pentas reog. ''Keyakinan itu masih kuat dan diyakini mampu mempertahankan sumber mata air,'' katanya.

Tanam Pohon

Kegiatan lain dalam upaya mempertahkan sumber mata air juga dilakukan dengan cara menanam pohon. Di antaranya pohon beringin yang akarnya mampu menyerap dan menyimpan sumber mata air. Pohon cemara juga dianggap mampu mempertahankan sumber mata air. Kegiatan menanam pohon itu sudah menjadi kewajiban yang dilakukan minimal satu tahun sekali.

Bibit pohon itu dari warga sendiri. Dengan penuh kesadaran mereka beramai-ramai mendaki kawasan gunung untuk melakukan penanaman bersama. ''Ternyata cukup efektif dan mampu mempertahkan sumber mata air,'' kata Luwarno.

Darmanto, warga Desa Jrakah, menuturkan, kegiatan ritual dan penanaman pohon merupakan upaya warga dalam rangka mempertahankan sumber mata air. Untuk ritual mungkin ada yang tidak percaya karena tidak ada kaitannya. Barangkali ada yang bertanya, apa hubungannya pergelaran reog dengan sumber mata air. ''Ternyata sumber mata air tetap bertahan. Itu semua kembali kepada keyakinan orang masing-masing,'' katanya.

Namun bisa jadi bertahannya sumber mata air itu karena ada penanaman massal pepohonan. Berdasarkan logika, akar pohon memang bisa menyerap air.

''Kalau ada pertanyaan, apa yang menyebabkan sumber mata air bertahan, saya jawab dua-duanya, yaitu selamatan dan penanaman pohon,'' tandasnya. (Suti Harjoyo-80n)



Post Date : 06 April 2005