Separuh Penyakit di Indonesia Disebabkan Air Minum Kotor

Sumber:Kompas - 27 Oktober 2011
Kategori:Sanitasi
jakarta, kompas - Separuh dari penyakit yang diderita masyarakat Indonesia disebabkan air minum yang tercemar. Sementara masyarakat yang mendapatkan akses air minum yang aman baru 24 persen.
 
”Tercemarnya sumber air minum di wilayah DKI Jakarta menyebabkan angka kejadian penyakit infeksi di Jakarta terus meningkat. Tahun 2010 tercatat 12 kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan konsumsi air,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati saat menerima 700 alat Pureit dari Unilever untuk 334 puskesmas dan tujuh rumah sakit daerah di Jakarta, Rabu (26/10).
 
Dinkes DKI mencatat, tahun 2010 terdapat 8.455 kasus diare dengan dehidrasi, 11.015 kasus diare tanpa dehidrasi, 10.458 kasus tifus, dan 774 kasus hepatitis A. Tahun ini
 
terdapat 6.652 kasus diare dengan dehidrasi, 10.286 kasus diare tanpa dehidrasi, 8.217 kasus tifus, dan 983 kasus hepatitis A.
 
Budi Haryanto, pengajar di Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, mengatakan, diare merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia. Tahun 2006 ada 124 juta orang atau 42 persen warga Indonesia menderita diare.
 
Sebelumnya, jumlah kasus diare pada tahun 1996 hanya 28 persen, tahun 2000 hanya 30 persen, dan tahun 2003 sebanyak 35 persen. ”Bahkan tahun 2006 terjadi kejadian luar biasa di 16 provinsi,” kata Budi.
 
Tahun 2008, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Kementerian Kesehatan mengambil sampel air bersih dan air minum dari beberapa tempat. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, 100 persen sampel air bersih yang diambil dari DKI Jakarta, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bogor terkontaminasi bakteri coliform, seperti E coli dan salmonela.
 
Selain itu, bakteri coliform juga ditemukan dalam 50 persen sampel air bersih dari Kabupaten Bekasi dan 26 persen sampel air bersih dari Kota Cilegon.
 
Sebanyak 5-57 persen sampel air minum di DKI Jakarta tercemar bakteri coliform dan koli tinja. Sementara sampel air minum dari Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Cilegon yang tercemar sebanyak 0-55 persen.
 
”Tidak hanya itu, kontaminasi senyawa kimia juga ditemukan pada sampel air bersih sebanyak 0-50 persen di DKI Jakarta serta 25-100 persen di Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Karawang,” kata Budi.
 
Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta IBN Banjar mengatakan, selain kondisi air bersih yang tercemar, kebiasaan masyarakat yang tidak sehat dan bersih juga menjadi penyebab tingginya angka kesakitan.
 
”Banyak dari masyarakat yang sudah tahu dan mengerti artinya pola hidup bersih dan sehat, tetapi masih belum bisa mempraktikkannya,” ujarnya. (ARN)


Post Date : 27 Oktober 2011