Seperempat Sampah Tak Terangkut

Sumber:Suara Merdeka 02 April 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
PURWOKERTO-Produksi sampah di Kabupaten Banyumas sekitar 560 m3/hari. Namun hanya 420 m3 atau 75% yang terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sisanya dibuang ke kebun, sungai, atau dibakar.

Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Iskandar Arifin SKM MSc, kemarin. Dia menyatakan di daerahnya ada empat TPA sampah, yakni Gunung Tugel di Karangklesem, Purwokerto Selatan (5 ha), Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor (8 ha), Tipar Kidul, Kecamatan Ajibarang (3,5 ha), dan Kemutug, Kecamatan Baturraden (2 ha).

Banyak sampah tak terangkut, kata dia, karena keterbatasan prasarana dan sarana. Dinas itu memiliki 20 unit becak dan 32 unit gerobak, tempat pembuangan sementara (TPS) 39, tempat penampungan untuk menaikan sampah ke truk 23, serta enam unit kontainer.

Juga kendaraan pikap berkapasitas 3 m3 empat unit, truk (6 m3) tiga unit, dump truck (6 m3) 13 unit, dan arm roll dua buah. Dua unit buldoser ditempatkan di TPA Gunung Tugel dan Kaliori. ''Banyak kendaraan sudah tua. Ada empat TPA, tetapi buldoser hanya dua,'' kata Iskandar.

Rusak

Satu dari dua buldoser itu yang dipakai di Gunung Tugel sudah dua pekan rusak. Volume sampah yang masuk ke TPA itu setiap hari sekitar 340 m3. Jadi tak mungkin ditangani tenaga manusia. Alat berat itu dipakai untuk meratakan sampah agar tak menggunung.

Untuk mengatasi masalah di Gunung Tugel, dinas memindahkan buldoser di Kaliori. Karena buldoser itu kecil, tentu kewalahan mengatasi sampah yang masuk. Setelah alat berat dipindah ke Gunung Tugel, TPA di Kaliori ditangani tenaga manusia. ''Tenaga manusia kan sangat terbatas.''

Selain itu, di TPA Tipar dan Kemutug belum ada alat berat. Karena itu dinas mengajukan pembelian buldoser ke perubahan anggaran 2005, Juni mendatang. Harga alat berat itu sekitar Rp 1 miliar. Anggaran yang disediakan untuk menangani sampah dalam APBD 2005 Rp 1,5 miliar yang meliputi gaji pegawai, biaya perawatan kendaraan, dan bahan bakar minyak.

Selain faktor sarana dan prasarana, dinas menghadapi persoalan yang berkait dengan masyarakat. Contohnya, TPS sangat diperlukan. Warga pun menyadari. ''Namun warga menolak di dekat rumah mereka dibangun TPS karena bau. Akhirnya kesulitan membuat TPS baru.''

Banyak warga belum mengerti ada jadwal pengambilan sampah dari TPS. Setelah truk pengangkut pergi, ada yang membuang sampah di tempat itu. Kemudian pemulung datang mencari benda yang bisa dijual. ''Akhirnya di TPS ada sampah lagi dan berserakan,'' kata dia.

Masalah itu disampaikan ke anggota DPRD yang datang ke Kantor Dinas Lingkungan Hidup untuk meneliti laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati, kemarin.

Wakil rakyat Agus Lestiono menyatakan buldoser di TPA setiap hari diforsir, karena volume sampah yang harus diratakan sangat besar. Dinas sudah mengajukan anggaran pembelian alat berat itu. Harga cukup mahal, buldoser besar di atas Rp 1 miliar dan yang kecil di bawah Rp 1 miliar. (bd-86)



Post Date : 02 April 2005