Setelah Banjir Berlalu...

Sumber:Kompas - 09 Maret 2007
Kategori:Banjir di Jakarta
Dihitung-hitung, banjir besar di Jakarta sudah lebih lima minggu berlalu. Berita tentang banjir sudah surut, seperti halnya air yang juga sudah surut dari tempat-tempat yang pada 2 dan 3 Februari 2007 kebanjiran.

Sebagian warga di kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatanyang rumahnya terendam banjirsudah kembali ke rumah dan beraktivitas seperti biasa. Hidup memang harus dilanjutkan.

"Sekarang sudah ada denyut kehidupan di sini. Warga sudah kembali, mereka sudah bekerja, dan anak-anak sudah kembali belajar di sekolah," kata Mundari, Lurah Petogogan, ketika menyambut kehadiran keluarga Kompas dan Unilever, Kamis (8/3) pagi.

Namun, bukan berarti selesai sudah persoalan. Setumpuk pekerjaan pascabanjir masih harus diselesaikan. Bersih-bersih rumah seperti tak habis-habisnya. "Minggu kemarin saja kami masih membuang 50 truk sampah," kata Mundari.

Di wilayahnya, ada tiga RW yang disebutnya sangat parah. Banjir sampai seatap rumah, sehingga wilayah itu benar-benar tenggelam, tak bisa dihuni. Sekitar 4.500 warga terpaksa mengungsi sampai sekitar seminggu. Ketika air pelan-pelan mulai surut, sebagian warga mencoba kembali ke rumah. Lainnya, masih bertahan di pengungsian di Jalan Wijaya I sampai sekitar dua minggu karena air masih menggenangi rumah mereka.

Menurut Mundari, banjir sebenarnya tak asing bagi sebagian warganya. Tiap tahun, saat musim hujan datang, banjir selalu mampir di perkampungan dan rumah sebagian warga Petogogan.

"Namun, banjir tahun ini luar biasa dan sama sekali tak terbayangkan," ucapnya. Dampaknya luar biasa. Gedung sekolah pun terkena imbasnya. TK dan SD Budi Luhur yang terletak tak jauh dari Kantor Kelurahan Petogogan porak poranda akibat banjir. Sebanyak 266 murid SD dan 25 murid TK yang bersekolah di situ terpaksa diliburkan lebih dari dua minggu.

Bersihkan fasilitas umum

Hari Kamis kemarin, sekitar 70 karyawan Kompas dan warga Unilever bersama-sama membantu warga Petogogan membersihkan fasilitas umum, yaitu sekolah, masjid, dan mushala.

Aksi ini merupakan bentuk rasa kepedulian sosial yang dilakukan karyawan secara langsung. "Kita sering mengucapkan diskriminasi no, solidaritas yes, tetapi slogan itu sering hanya diucapkan. Pagi ini kita membuktikan bahwa ada solidaritas di antara kita sebagai warga," kata Suryopratomo, Pemimpin Redaksi Kompas, sesaat sebelum aksi dimulai. "Untuk keluar dari persoalan berat, kita perlu pahlawan-pahlawan sosial. Kerja sosial tidak harus diperintah, tetapi sukarela. Maka, karyawan Kompas yang hadir di sini datang tanpa perintah pimpinan," sambungnya.

Okti Damayanti, General Manager Unilever Peduli Foundation, mengatakan bahwa apa yang dilakukan Unilever kali ini merupakan perwujudan sebagian nilai-nilai perusahaan. Unilever menanamkan kepada karyawannya untuk memfokuskan kegiatan bagi masyarakat, menjalin kerja sama dan berbagi kebahagiaan.

Sejak diluncurkannya kerja sama "Aksi Bersih untuk Hijau", akhir tahun lalu, Kompas dan Unilever sepakat bersinergi untuk melakukan kegiatan bareng, terutama pemanfaatan sampah dan kebersihan.

Aksi Kamis lalu merupakan bagian dari sinergi ke arah itu. Sebanyak 70 karyawan Kompas dan keluarga Unilever dibagi dalam kelompok-kelompok lebih kecil. Empat titik menjadi fokus kegiatan, yaitu TK/SD Bakti Luhur, Mushala Nurul Ikhsan, Majelis Taklim Adduriah, dan Masjid Nurul Hidayah.

Karyawan Kompas dan Unilever melakukan pengecatan kursi-kursi dan tempat bermain anak sekolah, mencuci karpet masjid, membangun pagar tembok yang jebol, membenahi plafon, serta bersih-bersih.

Aksi bersih yang diselingi dengan permainan-permainan edukatif untuk anak-anak SD Bakti Luhur, yang dibawakan oleh karyawan Kompas dan Unilever, berakhir pada sekitar pukul 13.00. (*/RET)



Post Date : 09 Maret 2007