Sia-sia jika Tanpa Sinergi

Sumber:Kompas - 09 Januari 2013
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Banjir yang diakibatkan meluapnya Sungai Bengawan Solo kembali terjadi awal Januari. Kota Solo dan kota-kota lainnya di Jawa Tengah terendam.
 
Air merendam lebih dari 1.500 rumah yang dihuni ribuan warga. Sekitar 600 hektar tanaman padi dan tanaman lainnya terendam dan rusak.
 
Sebelum banjir, hujan dengan intensitas cukup tinggi, dan berjam-jam, turun secara merata di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo. Akibatnya, banjir pun tak terelakkan.
 
Kurangnya area tangkapan air di sekitar DAS dituding jadi penyebab. Air hujan diperkirakan langsung ke sungai dan menyebabkan sungai cepat penuh sehingga akhirnya air meluap. Ini diperparah menurunnya kondisi sungai akibat sedimentasi dan erosi di daerah hulu atau tebing sungai. Belum lagi sampah yang dibuang warga.
 
Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Sebelas Maret, Solo, Setya Nugraha, Selasa (8/1), daerah tangkapan air hujan seperti hutan kini berkurang luasannya. ”Selain perubahan lahan karena permukiman juga karena pertanian tahunan diubah jadi semusim,” ujarnya.
 
Untuk mengimbangi pengurangan luasan area tangkapan air, Setya menambahkan, bisa diatasi dengan membuat sumur resapan dan lubang biopori di tiap pekarangan rumah. Dengan demikian, air hujan bisa meresap dan masuk ke lubang sebagai simpanan air tanah. ”Sebenarnya ada beberapa pemerintah daerah yang membuat aturan mewajibkan membuat sumur resapan. Namun, implementasinya lemah,” lanjutnya.
 
Hal serupa diungkapkan Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) Danang Baskoro. Menurut dia, potensi air permukaan di DAS Bengawan Solo mencapai 18,4 miliar meter kubik per tahun. Namun, yang tertampung di 46 bendungan dan 337 embung hanya 1,6 miliar meter kubik per tahun atau 8,7 persennya. Sisanya ke Sungai Bengawan Solo.
 
Terkait hal itu, BBWSBS berencana membuat enam bendungan hingga 2014. Salah satunya kini dalam proses pembangunan. Bendungan ini untuk menampung air dan selanjutnya dikelola untuk irigasi pertanian.
 
Selain membuat bendungan dan embung, BBWSBS membuat tanggul untuk membentengi warga di bantaran aliran sungai. Dari 321 km tanggul yang dibangun, baru 143,5 km yang diselesaikan. Di Kota Solo, ada 152 meter tanggul yang belum dibangun. Jika tanggul dibangun, warga yang kebanjiran diharapkan berkurang.
 
Untuk meminimalkan korban banjir, Kota Solo juga merelokasi warga dari bantaran sungai. Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo berharap relokasi bisa segera diselesaikan. ”Masih ada sekitar 500 kepala keluarga yang harus direlokasi,” katanya.
 
Langkah lain yang harus dilakukan, seperti saran Setya, tentu sinergi antarlembaga untuk menyusun desain besar pengelolaan DAS Bengawan Solo. Jika tak ada, tentu sia-sia. (eki)


Post Date : 09 Januari 2013