Sistem Drainase Masih Buruk

Sumber:Suara Merdeka - 08 Desember 2007
Kategori:Drainase
SEMARANG - Penghargaan Departemen Pekerjaan Umum (DPU) dalam hal penanganan drainase, hendaknya bisa menjadi pemacu kinerja Pemkot dalam menangani persoalan tersebut.

Di sisi lain, parameter penilaian untuk penghargaan itu dipertanyakan, mengingat Pemkot dinilai masih kedodoran dalam menangani banjir dan rob. Kepada Suara Merdeka, anggota Komisi C DPRD Kota, AY Sujiyanto menilai, penataan sistem drainase Semarang masih terbilang buruk.

Hal itu terlihat dengan banyaknya kasus banjir di berbagai lokasi. Banyak wilayah kota yang rawan banjir, baik rob maupun hujan. ''Itu menunjukkan fungsi utama drainase belum tercapai. Meski Pemkot telah mengupayakan penanggulangan banjir, hal itu tetap terbilang belum berhasil, selama banjir belum bisa ditangani,'' kata anggota Dewan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut, Jumat (7/11).

Karena itu, Sujiyanto menyatakan, dia meragukan hasil penilaian penghargaan drainase untuk Kota Semarang oleh Departemen PU.

Apalagi penghargaan tersebut berskala nasional, yang berarti Semarang diperbandingkan dengan kota-kota besar se-Indonesia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kota Semarang memperoleh penghargaan dari DPU, baru-baru ini. Penghargaan sebagai peringkat III untuk drainase kategori kota metropolitan dalam Penghargaan Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum (PKPDPU) 2007.

''Anggap saja penghargaan itu sebagai pemacu kinerja untuk meningkatkan fungsi sistem drainase,'' kata anggota Fraksi Gabungan PKB-PPP itu.

Perhatikan Sungai

Sekda Soemarmo HS mengatakan, Pemkot akan lebih memerhatikan aliran sungai agar bersih dari sampah. Hal itu merupakan bagian dari upaya menciptakan gerakan kebersihan kota. Saat ini drainase kota terbagi dalam 3 sistem dan 21 subsistem. ''Upaya perawatannya didukung oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),'' kata dia di sela-sela kerja bakti di Pasar Wonodri.

Lebih rinci, Kasubdin Pengairan DPU Kota Semarang Fauzi menjelaskan, pihaknya memberikan prioritas penekanan pada penanganan sampah di sungai dan saluran.

Menurut dia, sumbatan sampah menjadi penyebab terbesar terjadinya genangan di berbagai sudut Kota Semarang, dibandingkan penyebab-penyebab lain. ''Sampah itu juga memiliki andil besar pada terjadinya sedimentasi,'' katanya.

Dia memaparkan, Kali Semarang dan Kali Banger merupakan dua saluran utama yang rawan sampah. Kali Semarang memperoleh pasokan sampah dari Pasar Johar, sedangkan Kali Banger dari pasar-pasar kecil di sekitarnya.

Sampah juga menjadi kendala aliran air pada sejumlah saluran dalam kota. ''Dalam banyak kejadian, genangan terjadi karena sampah menyumbat inlet (penutup saluran-Red). Akibatnya, air tak bisa masuk dan menimbulkan genangan, sementara saluran di bawahnya kosong,'' tandasnya. (H22,H9-18)



Post Date : 08 Desember 2007