Soal TPA Cipatat Tergantung Sosialisasi Teknologi

Sumber:Pikiran Rakyat - 21 Januari 2006
Kategori:Sampah Luar Jakarta
BANDUNG, (PR).Bupati Bandung H. Obar Sobarna S.I.p. menyayangkan ketidakhadiran unsur masyarakat yang menolak dibukanya TPA Cipatat dalam pertemuan semua unsur terkait dalam masalah TPA tersebut. Saya menyayangkan mengapa LSM yang kontra tidak datang, katanya dalam pertemuan yang membahas pembukaan TPA Cipatat, di Bale Sawala Soreang, Jumat (20/1).

Menurut Obar, masalah utama dalam pembukaan TPA Cipatat itu adalah bagaimana sosialisasi teknologi pengolahan sampah yang benar terhadap masyarakat yang menolak.

Saya tidak berkepentingan. Mau di mana saja silakan asal syaratnya terpenuhi, kata Bupati Obar.

Selain Bupati dan Wakil Bupati H. Yadi Sri Mulyadi, pertemuan tersebut juga dihadiri Wakil Ketua DPRD Kab. Bandung, H. Yuyus Yusran, Muspida Kab. Bandung, Muspika Cipatat, LSM Komite Peduli Jawa Barat, dan perusahaan pengembang TPA Cipatat, PT Bandung Raya Indah Lestari (BRIL).

Menurut Komisaris PT BRIL, Yosep Sunaryo, sampah yang dibuang ke TPA Cipatat, nantinya akan diolah menjadi pupuk organik dan tenaga listrik.

Disebutkan, untuk mengolah 1.500 ton sampah, hanya butuh lahan 5 hektare. Untuk landfill dua hektare, sedangkan untuk pabrik empat hektare, kata Yosep.

Selain itu, dari 1.000-1.500 ton per hari sampah yang diolah, bisa menghasilkan 25 - 30 megawatt listrik.

Kondusif

Ketika Yuyus Yusran bertanya mengenai pro dan kontra masyarakat, Yosef mempersilakan Muspika Cipatat untuk memberikan penjelasan.

Menurut Kapolsek Cipatat, AKP Wowon Haryono, kondisi masyarakat sebenarnya kondusif. Jumlah masyarakat yang setuju sudah memenuhi quorum.

Masyarakat, menurut Wowon, tidak hanya menandatangani, melainkan juga melampirkan foto kopi KTP atau kartu keluarga.

Sedangkan mengenai munculnya spanduk penolakan warga itu, hasil analisis kapolsek berdasarkan pantauan di lapangan mengindikasikan adanya elite yang terlibat. Ada elite-elite tertentu yang bermain di tingkat atas dalam masalah Cipatat ini, ujar Wowon.

Indikasi itu juga tercium oleh Camat Cipatat Dawira Supriatna, karena awalnya masyarakat tidak keberatan dengan rencana dibukanya TPA Cipatat. Yang kontra hanya beberapa orang, kalau ada dua atau tiga orang, itu kan biasa, ujarya.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua LSM KPJB, Lili Muslihat, menanyakan jaminan rencana pembukaan TPA yang padat teknologi ini terlaksana. Siapa yang akan menjamin ini terlaksana? Karena ini pernah dilakukan juga pada waktu dibukanya TPA Jelekong, tapi tidak ada realisasinya. (A-156)

Post Date : 21 Januari 2006