Sumur dan Pompa 2.350 KK Nganggur

Sumber:Indopos - 25 Agustus 2007
Kategori:Air Minum
SLEMAN - Kebutuhan air bersih bagi warga Desa Donokerto, Kecamatan Turi kini sudah terpenuhi. Mereka tak lagi menggunakan pompa air untuk menaikkan air bersih dari sumurnya.

Hal ini terjadi setelah Kepala Desa Donokerto Y Budi Mulyono sejak dua tahun lalu menemukan sistem distribusi air bersih gravitasi sedot. Diyakini teknologi ini baru kali pertama diterapkan di Donoketo. Dengan sistem ini distribusi air bersih sama sekali tidak menggunakan tenaga listrik. Sistem ini mirip cara menyedot bensin dari tanki motor menggunakan selang ke jerigen yang letaknya lebih rendah dari tanki.

Sejak 2005, Budi menyosialisasikan penemuannya itu kepada warganya. Tanpa menunggu lama warga desa setempat menyanggupi untuk mengerjakan program air bersih tersebut secara gotong royong. "Soalnya warga diuntungkan dengan cara tersebut," ujar Budi kemarin.

Dikatakan, program tersebut selain swadaya warga juga mendapat suntikan dana dari world bank, Pemprov DIJ, Pemkab Sleman dan Kelurahan Donokerto. Dana tersebut sangat membantu realisasi program air bersih.

Program tersebut kini telah dinikmati sekitar 2.350 kepala keluarga (KK) di Donokerto. "Kami sudah membangun sumur yang memiliki mata air sebanyak 28 titik. Pipa induk yang menghubungkan sumur ke bak pembagi sepanjang 30 ribu meter. Sedangkan panjang pralon ke rumah-rumah warga 28 ribu meter," ujar Budi.

Menurut dia, pengambilan air dari sumur tersebut tidak mengganggu saluran irigasi untuk sawah. "Kami juga tidak mengambil air bersih dari mata air yang sudah ada," tambah Budi.

Mengenai kualitas air yang disalurkan tersebut Budi menegaskan memiliki tingkat kejernihan lebih baik dari air minum kemasan. Pernah dilakukan pengukuran kandungan besinya ternyata lebih rendah dari air minum kemasan. "Jadi air bersih yang kami salurkan ini sudah layak minum tanpa dimasak," ujar Budi didampingi Sekretaris Desa Donokerto Agus Slamet.

Belum lama ini Budi mengenalkan teknologi temuannya tersebut di tingkat provinsi. Peserta dari luar daerah tertarik dengan cara yang digunakan oleh Budi tersebut. "Kawan dari Jawa Barat mengatakan mereka akan menerapkan pola distribusi air bersih Donokerto tersebut di daerahnya," kata Budi.

Sejak warga Donokerto menikmati air bersih tersebut, kini mereka bisa mengirit pengeluaran untuk biaya listrik rata-rata Rp 30 ribu per bulan. Sumur-sumur penduduk yang selama ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan air bersih pun "nganggur". Begitu pula pompa airnya, tidak terpakai lagi.

Kepala desa seperti inilah yang diperlukan untuk menyejahterakan warganya. Tidak justru mengais keuntungan dari jabatan yang diemban. "Ke depan kami akan melakukan kursus budi daya udang tawar kepada warga. Karena dengan menggunakan air dari sumber mata air lebih baik dibandingkan memakai air sungai yang sudah tercemar," tutur Budi penuh semangat. (iwa)



Post Date : 25 Agustus 2007