Sungai Batanghari Pasang, 500 Hektar Palawija Musnah

Sumber:Kompas - 10 Nopember 2004
Kategori:Drainase
Jambi, Kompas - Hujan lebat yang turun secara merata setiap hari di Provinsi Jambi sejak pertengahan Oktober 2004 menyebabkan permukaan air Sungai Batanghari terus pasang. Akibatnya, lebih dari 500 hektar tanaman palawija dan sayuran yang berada di bantaran dan daerah aliran Sungai Batanghari di Kota Jambi, Kabupaten Batanghari, serta Kabupaten Muaro Jambi musnah terendam dan 1.000 hektar lebih lahan pertanian lain terancam karena permukaan air terus naik.

Hingga Selasa (9/11) permukaan Sungai Batanghari di Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi sudah naik sekitar empat meter dari ketinggian pada September 2004.

Pengamatan yang dilakukan Kompas di Desa Penyengat Rendah dan Teluk Kenali, Kecamatan Telanaipura, Kecamatan Sejenjang, dan Kecamatan Jambi Timur kemarin, tanaman palawija yang rusak dan terendam itu adalah jagung, singkong, kedelai, dan ubi jalar berumur satu hingga dua bulan. Tanaman sayuran yang terendam adalah kacang panjang, buncis, terong, cabai merah keriting, kesek, dan mentimun.

Sedangkan di Kabupaten Muaro Jambi, palawija dan sayuran yang terendam berada di sejumlah desa di bantaran Sungai Batanghari, seperti Desa Sarang Burung di Kecamatan Jambi Luar Kota, Kedotan dan Keranggan di Kecamatan Sekernan, Talang Duku di Kumppeh Ulu, serta Teluk Jambu di Maro Sebo.

"Semula, kami memperkirakan air Sungai Batanghari baru akan naik akhir atau pertengahan Desember yang akan datang. Ternyata meleset, air naik dengan cepat, hingga kini sudah naik empat meter," ujar Muhammad (45), penduduk Penyengat Rendah, Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.

"Sebagian tanaman jagung, singkong, kedelai yang ditanam penduduk sudah terendam. Sementara hujan lebat masih banyak turun dan permukaan air Sungai Batanghari masih terus naik," katanya menambahkan.

Para petani, yang memanfaatkan bantaran sungai dan daerah aliran Sungai Batanghari untuk dijadikan ladang palawija dan sayuran, hanya bisa pasrah. Mereka sudah tahu bahwa lahan yang mereka tanami akan terendam pada saat air Sungai Batanghari naik. Saat banjir Desember 2003, permukaan Sungai Batanghari di Kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi naik 7,5 meter.

"Kami, petani yang memanfaatkan bantaran dan daerah aliran sungai untuk ditanami palawija dan sayuran, sama dengan berjudi. Kalau hujan datang terlambat, petani memperoleh hasil yang lumayan karena lahan yang mereka tanami subur, tidak perlu dipupuk," tutur M Nasir (53), warga Desa Teluk Jambu, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi Herman Suherman, perilaku Sungai Batanghari sejak 20 tahun lalu berubah, semakin sulit diprediksi. Pada musim hujan, air sungai dengan cepat naik, sebaliknya cepat pula surut pada saat kemarau.

"Kantong-kantong air, seperti lubuk, rawa, dan payo kini tidak cukup lama terendam. Akibatnya, perkembangan berbagai jenis ikan air tawar terganggu karena tempat memijah berbagai jenis ikan air tawar itu cepat kering," ungkapnya.

Rawan longsor

Dari Padang dilaporkan, pada musim hujan saat ini jalan lintas tengah dan lintas barat Sumatera di wilayah Sumatera Barat menjadi rawan oleh longsoran tebing dan longsoran badan jalan. Untuk memberikan rasa aman kepada pengguna jalan, terutama sebelum dan sesudah Lebaran, Dinas Prasarana Jalan Provinsi Sumbar menyiagakan 25 unit alat berat di kawasan rawan longsor itu.

Wakil Kepala Dinas Prasarana Jalan Sumbar Dody Ruswandi, Selasa, menjelaskan, belum lama ini terjadi longsoran tebing bukit di Km 131 dari Padang atau di Tanjung Gadang, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, yang menyebabkan ribuan kendaraan tertahan dan macet karena terputus untuk beberapa jam. (nat/nal)

Post Date : 10 November 2004