Sungai Benanain di Belu Meluap Lagi

Sumber:Kompas - 10 Mei 2011
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Atambua, Kompas - Sungai Benanain di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, kembali meluap dengan ketinggian air 1,5 meter. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini karena sekitar 1.190 warga dari tiga desa pada daerah aliran sungai itu telah mengungsi ke Waliman, 15 kilometer dari Malaka Barat, saat bencana yang sama sebulan lalu. Namun, bencana kali ini memperparah kerusakan tanaman pertanian dan mematikan ternak.

Luapan Sungai Benanain akibat hujan di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Minggu (8/5) malam. ”Meski wilayah ini cerah, kalau terjadi hujan di TTU dan TTS Sungai Benanain meluap. Apalagi, sungai terus mendangkal sehingga air sungai meluap, termasuk ke permukiman,” kata Camat Malaka Barat Eduardus Klau saat dihubungi, Senin (9/5).

Yohanes Seran, korban banjir Benanain di lokasi pengungsian Weliman menegaskan, tak mungkin kembali lagi ke desa asal di Lasaen, Malaka Barat. ”Kami tidak bisa panen dan pelihara ternak lagi. Tahun 2010 dan 2011 seluruh areal lahan hanyut dan ratusan ekor ternak mati dibawa arus sungai. Tahun ini panen gagal total, belum lagi ternak, semuanya mati,” kata Seran.

Para pengungsi mengeluh tak ada listrik, air bersih, dan kelambu. Puluhan anak sekolah dasar juga tak bisa sekolah dalam dua pekan terakhir karena keterbatasan uang sewa ojek. Jarak sekolah dengan lokasi pengungsian 15 kilometer. Biaya sewa ojek Rp 30.000 pergi–pulang.

Wakil Bupati Belu Ludovikus Taolin mengatakan, Pemkab Belu baru menerima Rp 200 juta dari Rp 300 juta yang dijanjikan. Pemprov NTT belum menyerahkan Rp 100 juta tersisa.

Gubernur NTT Frans Lebu Raya mengakui, manajemen penanggulangan bencana di NTT masih lemah. Sumber daya pejabat daerah yang dipercaya menangani masalah bencana tidak paham tugas dan tanggung jawab, baik pejabat provinsi maupun kabupaten. ”Kami akan membenahi masalah ini,” tuturnya.

Tata ruang Jabar

Di Jawa Barat, pemerintah setempat diminta tegas menerapkan aturan penataan ruang, larangan penebangan, dan penambangan liar di berbagai daerah di bagian selatan. Ketidaktegasan menyikapi hal itu dikhawatirkan memperbanyak jatuhnya korban jiwa akibat bencana alam.

”Selama ini banyak warga nekat tinggal di daerah rawan bencana karena tak mengetahui tingkat kerawanan dan tak memiliki alternatif tempat tinggal,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat Udjwalprana Sigit.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan berjanji mengkaji hal ini. Ia berharap hasil kajian dan penelitian di lapangan bisa menyelamatkan masyarakat yang tinggal di daerah rawan berencana. Sebelumnya, banjir bandang dan longsor menerjang perumahan dan sawah milik warga di lima kecamatan di Garut bagian selatan. Tercatat 10 orang tewas dan tiga orang masih dinyatakan hilang.

Di tempat terpisah, Sekretaris Dinas Pendidikan Kalimantan Selatan yang juga Ketua Panitia Ujian Nasional Provinsi Kalsel, Herman Taufan menyatakan, sekolah dasar di daerah rawan banjir di Kabupaten Banjar siap merelokasi tempat ujian jika sewaktu-waktu terjadi banjir. Langkah itu disiapkan karena sepekan lalu wilayah itu dilanda banjir. (KOR/WER/CHE)



Post Date : 10 Mei 2011