Sungai di Cirebon Mendangkal

Sumber:Kompas - 23 Agustus 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Cirebon, Kompas - Beberapa muara sungai yang dipakai untuk menambatkan perahu di Kabupaten Cirebon mengalami pendangkalan akibat sampah organik dan non-organik. Itu terjadi di Kecamatan Kapetakan, Kecamatan Cirebon Utara, Kecamatan Mundu, Kecamatan Gebang, dan Kecamatan Losari.

Berdasarkan keterangan dari beberapa nelayan setempat sepanjang Senin (22/8), pendangkalan itu menyebabkan tinggi air menyusut drastis. Itu membuat perahu sulit dikeluarkan bila air laut belum meninggi. Pasalnya, ketinggian air laut, bila surut, hanya mencapai 50 meter. Padahal tahun lalu ketinggian air laut bisa mencapai 100 meter.

Akibatnya, menurut Katsana, nelayan Desa Mertasinga, Cirebon Utara, sekarang nelayan tidak bisa mengeluarkan perahu waktu siang hari karena dasar kapal kerap menyentuh endapan sampah. Nelayan lebih memilih keluar pada waktu sore hari ketika permukaan air meninggi. Padahal rata-rata perahu yang ditambatkan di muara hanya perahu kecil berukuran 10 hingga 15 gros ton.

Selain itu, akibat pengendapan tersebut, lebar muara pun menjadi lebih sempit. Menurut Anto, nelayan Desa Gebang, Kecamatan Gebang, saat ini jarak antara batas air dengan daratan sekitar lima meter. Hal itu menyebabkan nelayan seringkali kesulitan untuk menurunkan ikan hasil tangkapan.

Sekarang sulit melaut di sini. Nelayan bertambah, tapi kedalaman dan lebar sungai dan muara semakin sempit. Padahal lebar sungai sekarang tinggal sekitar 50 meter. Itu pun di sisi kanan dan sisi kiri sungai masih digunakan untuk memarkir kapal, kata Anto.

Ketika ditanya apakah pernah dilakukan pengerukan sampah di sana, para nelayan mengatakan belum pernah ada. Pemerintah daerah belum melakukan pengerukan untuk mengambil endapan sampah itu.

Pola hidup nelayan

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Cirebon, Aan Setiawan, mengatakan, endapan plastik dan cangkang itu disebabkan pola hidup nelayan dan letak muara yang dekat dengan perkampungan dan pasar ikan. Ia membantah kalau sebagian besar sampah itu berasal dari hulu.

Menurutnya, masih banyak nelayan yang menganggap sampah itu buangan dari hulu. Akibatnya, mereka malas membersihkan sampah yang akhirnya mengendap itu.

Padahal, kebanyakan muara itu digunakan untuk menambatkan perahu, mengolah ikan, dan memasarkan ikan. Akibat konsentrasi masyarakat yang besar di sana, dengan sendirinya sampah yang dihasilkan dari aktivitas juga bertambah, katanya.

Sementara itu mengenai pengerukan sampah, ia membenarkan bila Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon belum melakukan pengerukan di beberapa daerah di atas.

Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, jumlah nelayan di Cirebon tahun 2004, jumlah nelayan di Kecamatan Kapetakan mencapai 2.275 orang, Kecamatan Cirebon Utara 3.694 orang, Kecamatan Mundu 4.265 orang, Kecamatan Gebang 7.245 orang, dan Kecamatan Losari 925 orang. (d01)

Post Date : 23 Agustus 2005