Sungai Tersana Meluap, Tiga Desa di Cirebon Terendam Banjir

Sumber:Media Indonesia - 11 Februari 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
CIREBON (Media): Tiga desa di Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar), terendam banjir setinggi 1,5 meter hingga dua meter akibat luapan sungai dan hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak Senin (9/2) petang.

Ketiga desa yang terendam banjir akibat luapan Sungai Tersana itu adalah Desa Silih Asih, Desa Tersana, dan Desa Pebedilan Kulon. Selain menggenangi permukiman, banjir juga merendam ratusan hektare tanaman padi.

Sungai Tersana meluap karena tidak mampu menampung curah hujan di daerah Gunung Ciremai. Air mulai menggenangi permukiman dan lahan sawah sekitar pukul 00.00 di saat warga tertidur lelap. Oleh karena itu, banyak di antara mereka yang tidak sempat menyelamatkan harta benda.

Akibat banjir pula, sejumlah ruas jalan tertutup air hingga beberapa wilayah terisolasi dan kegiatan belajar mengajar di sekolah diliburkan.

Camat Pabedilan Azhar Riyadi kepada wartawan, kemarin, mengatakan, sekolah yang diliburkan akibat terendam banjir antara lain terdiri atas delapan sekolah dasar (SD), satu sekolah menengah pertama (SMP), dan satu sekolah menengah atas (SMA).

''Daerah kami langganan banjir sejak beberapa tahun lalu. Namun kali ini paling parah, karena ketinggian air dan luas areal yang tergenang lebih parah. Sungai Tersana sebagai penyebab utama banjir di daerah kami, sebab itu mohon pemerintah melakukan pelebaran dan pengedukan sungai itu,'' kata Azhar.

Sedangkan di Kota Cirebon sedikitnya 400 rumah di sepanjang daerah aliran Sungai Krian terendam banjir setinggi sekitar satu hingga satu setengah meter. Warga diungsikan ke tempat yang lebih aman oleh aparat Polresta Cirebon dengan menggunakan perahu karet.

Menurut petugas piket Polsekta Selatan-Timur Aiptu Dadang, wilayah yang terendam banjir terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Drajat, Gambirlaya, dan Kelurahan Mandalangen.

Rumah roboh

Sementara itu, sejumlah rumah nelayan di Desa Bangsal, Kecamatan Ampenan, Kodya Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), roboh disapu angin kencang, Senin (9/2) malam. Selain itu, sekitar 500 meter pantai mengalami abrasi.

Dari pantauan {Media] di lokasi, nalayan yang rumahnya roboh sebagian mengungsi ke rumah keluarga mereka, sedangkan sebagian lagi bertahan di lokasi. ''Saya bersama anak istri diam di sini karena tidak tahu mau ke mana lagi,'' kata Muhammad Aswad, 40, yang sehari-hari kerja sebagai nelayan.

Angin kencang, kemarin, juga merobohkan sejumlah baliho di beberapa lokasi di Denpasar, Bali. Antara lain di Jalan Raya Puputan Renon dan di Jalan Teuku Umar. Bahkan, akibat robohnya tiang besi baliho di Jalan Teuku Umar, arus lalu lintas macet total. Besi tersebut menimpa sebuah bangunan, tetapi tak ada korban jiwa.

Hujan dan angin kencang yang terjadi di sepanjang Pantai Kuta membuat kawasan wisata tersebut kini sepi. Dalam cuaca panas sekalipun wisatawan enggan ke kawasan tersebut karena pasir pantai yang diterbangkan angin kencang membuat jalan dan lingkungan itu kotor.

Dari Palu dilaporkan, warga Kecamatan Pagimana, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng), hingga kemarin dihantui perasaan waswas setelah angin kencang disusul gelombang tsunami menghantam wilayah itu, Minggu (8/2) petang. Camat Pagimana Mohammad Juanda mengatakan, sebagian warganya masih mengungsi di rumah keluarga mereka yang lokasinya jauh dari pantai karena khawatir terjadi badai susulan.

Aktivitas ratusan nelayan yang bermukim di Perkampungan Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah (Jateng), sejak beberapa waktu lalu terhambat ombak besar. Oleh karena itu, mereka hanya melaut sekitar perairan Semarang, sehingga hasilny pun sedikit. (SR/YR/RS/HF/EN/N-2)

Post Date : 11 Februari 2004