Suplai Air Dihentikan, Listrik Terancam Diputus

Sumber:Kompas - 26 Juli 2004
Kategori:Air Minum
SEJAK seluruh program bantuan ke barak dihentikan tahun 2001, sebenarnya masih ada bantuan yang terus diberikan kepada eks pengungsi yang masih menetap di barak atau pondok darurat, yaitu air dan listrik. Tetapi, sejak 12 Juli 2004 suplai air dihentikan, dan listrik akan diputus pada akhir Juli ini.

Biasanya, kebutuhan air minum warga di barak-barak itu dilayani secara rutin setiap hari melalui mobil tangki air. Di setiap barak ada dua atau tiga bak penampungan yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil).

Ketika Kompas mengunjungi lokasi pengungsi di Noelbaki dan Tuapukan, Kamis (22/7), para pengungsi mengeluh karena sulit mencari air minum. Tak ada sumber air lain di sekitar lokasi penampungan mereka, kecuali air sumur milik warga lokal.

Baik warga eks pengungsi di Noelbaki maupun di Tuapukan, keduanya di Kabupaten Kupang, mengeluhkan kesulitan memperoleh air bersih. Bahkan dengan nada keras mereka menyatakan, pemerintah telah memperlakukan mereka tidak lagi sebagai manusia karena telah menghentikan distribusi air minum ke kamp atau barak pengungsi.

Geraldo Rodriques (55), tokoh eks pengungsi di Noelbaki menjelaskan, suplai air minum sudah dihentikan secara perlahan sejak satu bulan silam, dan mati total sejak 12 Juli 2004.

Dominggus da Costa, Hipolito de Carvalho, Ermalinda Gonzalves, serta beberapa warga lain di Noelbaki, Gaspar Ximenes dan Joao Januario di Tuapukan menuturkan, belakangan ini warga lokal pemilik sumur mulai keberatan karena debit air sumur juga berkurang.

Penghentian suplai air minum oleh Pemprov NTT melalui Dinas Kimpraswil disampaikan secara tertulis, diedarkan ke kamp-kamp pengungsi baik di Kupang maupun di Belu. Warga juga sudah diberi tahu, besar kemungkinan aliran listrik ke barak-barak di seluruh NTT akan dihentikan mulai 26 Juli ini.

TENTANG penghentian suplai air bersih melalui mobil tangki air itu diakui oleh Kepala Dinas Kimpraswil NTT Piter Djami Rebo. Menurut dia, suplai dihentikan karena pihaknya tidak memiliki dana operasional.

"Biaya operasional dan pemeliharaan air bersih yang disponsori Dana Bantuan Kemanusiaan Pemerintah Jepang sudah habis terpakai. Pengoperasian kembali akan dilanjutkan setelah tersedia dana operasional dari pusat," katanya.

Akan halnya listrik, Kepala Cabang PLN Kupang Daniel S Bangun, mengemukakan, saat ini tagihan listrik di kalangan eks pengungsi (baik di Kabupaten Kupang maupun Belu) telah mencapai Rp 400 juta, belum dibayar.

Sudah ada niat dari pihak PLN untuk memutuskan pelayanan ke eks pengungsi ini, tetapi masih akan diputuskan secara lebih hati-hati. Sebab, pihaknya pernah melakukan pemutusan sementara beberapa waktu lalu, tetapi mendapat perlawanan yang kuat dari para eks pengungsi ini. (CAL)

Post Date : 26 Juli 2004