Tak Ada Irigasi, Sawah Pun Terpaksa Ditanami Sawit

Sumber:Kompas - 04 Maret 2005
Kategori:Drainase
KATA orang bijak, jadilah seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk, sebagai ciri orang pintar yang rendah hati. Tetapi apa jadinya jika padi yang merunduk tadi mati kekeringan? Apakah ini menunjukkan semakin banyak orang pintar yang tinggi hati?

Entahlah, namun inilah yang terjadi di Kecamatan Teluk Mengkudu dan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai, 60 km dari Medan. Para petani di sana terpaksa menatap pasrah ketika padi yang ditanamnya mati kekeringan akibat tidak tersedianya irigasi yang memadai bagi mereka.

"Sudah puluhan tahun kami menunggu pemerintah membangun irigasi, sampai sekarang belum juga dibangun. Entah ke mana-mana sudah kami sampaikan permohonan ini, tetapi jangankan menengok kemari, menjawab surat kami pun tidak," kata Abdul Karim (40), petani Desa Bogak Besar, Teluk Mengkudu, Rabu lalu.

Dituturkannya, para petani terpaksa memanen padi mereka lebih awal dua bulan karena sawahnya telah kering. Meski pun kualitas gabah yang dihasilkan masih rendah, terpaksa petani memanennya.

"Tidak mungkin menunggu padi masak. Air sudah tidak ada, tanah pun sudah retak-retak. Lebih bagus dipanen sekarang," ujarnya pasrah.

Selama tahun ini baru dua kali turun hujan. Selebihnya, teriknya matahari lebih sering membakar kulit Abdul Karim yang semakin menghitam.

Dari 40.568 hektar (ha) areal persawahan di Serdang Bedagai, baru 1.731 ha yang mendapat air irigasi teknis. Selebihnya, masih merupakan sawah tadah hujan yang baru diolah ketika musim hujan tiba.

Tidak cukup tersedianya irigasi di Serdang Bedagai sungguh ironis. Karena persawahan di Serdang Bedagai mampu memproduksi 354.355 ton gabah pada tahun 2003. Namun, hasil produksi itu tentu naik turun mengikuti musim hujan.

"Serba susah, kalau hujannya kebanyakan, padi bisa mati terendam air. Tetapi kalau tidak ada hujan, jadi hangus seperti sekarang ini," keluh Karim.

PERSOALAN irigasi seakan menjadi momok yang tak pernah terselesaikan di kabupaten pemekaran dari Deli Serdang ini. Tak terbilang petani yang terpaksa mengalih fungsikan sawahnya menjadi kebun kelapa sawit karena sulitnya mendapatkan air secara teratur.

Karim pun demikian. Secara bertahap dia mulai menanam sawit di sawah seluas 0,8 ha miliknya. "Sawit tidak perlu banyak air, asal dipupuk sudah menghasilkan," jelasnya.

Sebenarnya, ada saluran air yang membelah areal persawahan Desa Bogak Besar itu. Namun, saluran selebar sekitar 1,5 meter itu tidak pernah bisa dipakai karena airnya payau.

Karena sedang kering, tanah di saluran terlihat jelas retak- retak. Seperti juga sawah sekitarnya dengan tanaman padi yang ditelantarkan petani.

Bulir-bulir padi yang mulai merunduk dari batangnya tampak menghitam, sedangkan daunnya masih hijau. Ada juga padi dan daunnya yang sudah berwarna coklat selintas terlihat masak, padahal itu sudah hangus karena kekurangan air.

Nasib petani di Serdang Bedagai memang ironis, punya sawah tapi tak bisa ditanami. Tak ada pilihan lain, kini, sawah pun berubah menjadi kebun sawit. (hamzirwan)

Post Date : 04 Maret 2005