Tanaman Pangan di NTT Mati Kekeringan

Sumber:Kompas - 23 September 2004
Kategori:Umum
Kupang, Kompas - Kekeringan atau kemarau panjang kini berdampak nyata pada kehancuran tanaman pangan di Nusa Tenggara Timur. Ribuan hektar tanaman pangan dan perkebunan dilaporkan mati atau dipastikan gagal panen panen atau puso.

"Masalah itu terjadi karena anomali iklim. Hujan turun tidak merata yang menyebabkan tanaman mati kekeringan. Hasil pemantauan sementara menunjukkan ada ribuan hektar tanaman pangan dan perdagangan rusak," kata Kepala Bidang Kewaspadaan Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan NTT Alexander Sena di Kupang, Rabu (22/9).

Alex menyebutkan, sebagian besar Nusa Tenggara Timur (NTT) dilanda kemarau. Data rekapitulasi sementara menunjukkan kekeringan menghancurkan 8.230 hektar (ha) sawah, 20.049 ha jagung, 474 ha kacang-kacangan, 142 ha singkong, serta tanaman perdagangan seperti kemiri 2.232 ha, vanili 530 ha, dan kopi 1.061 ha.

Di samping kemarau atau anomali iklim yang ditandai dengan ketidakpastian hari hujan dengan musim kemarau lebih lama, tanaman juga hancur karena badai siklon pada 15-21 Maret lalu, serta hama belalang yang melanda Pulau Sumba, Timor Tengah Utara dan Belu. Selain itu hama tikus di berbagai daerah di NTT juga belum bisa diatasi.

Bencana itu memperparah keadaan akibat musim kemarau. Seluruh kerusakan tanaman, baik karena kemarau maupun bencana lain, jika dikonversikan dengan beras maka setara dengan 50.021 ton beras.

Sekalipun demikian, kata Alex, jika dianalisa per wilayah dan dibandingkan dengan ketersediaan pangan, kondisi itu belum berdampak pada kekurangan pangan.

"Sebab keadaan pangan yang masih tersedia, perkebunan serta peternakan, jika dikonversikan ke beras setara 1.658.592 ton beras. Oleh karena itu, kehilangan 50.021 ton pangan setara beras belum sampai mengganggu ketersediaan pangan, sebab kebutuhan NTT tahun 2004 hanya 342.416 ton pangan setara beras," katanya.

Alex menambahkan, perkiraan produksi pangan setara beras NTT ialah 1.658.592 ton. Kalau itu dikurangi dengan kerusakan akibat bencana alam, termasuk kemarau, sebanyak 50.021 ton setara beras dan kebutuhan konsumsi 342.416,96 ton, maka masih ada perimbangan sebanyak 1.266.154 ton. "Tidak ada masalah," katanya.

Menurut Alex, yang harus dibenahi adalah pola distribusi pangan. Daerah yang kesulitan pangan dapat segera dibantu oleh daerah yang kelebihan pangan. Misalnya, jika Kabupaten Manggarai kelebihan beras, maka kelebihan itu dapat didistribusikan ke kabupaten lain semisal Lembata.(CAL)

Post Date : 23 September 2004