Tertutup, Aliran Air Empat Sungai di Cilacap, Diduga Penyebab Terjadinya Banjir

Sumber:Pikiran Rakyat - 02 Desember 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
CILACAP, (PR).- Gagalnya pengerukan Segara Anakan dituding sebagai penyebab banjir yang melanda 35 desa di sejumlah kecamatan di Kabupaten Cilacap. Tingginya sedimentasi telah menutup aliran air dari empat sungai besar yakni Sungai Cihaur, Citanduy Cimeneng, dan Cibeureum.

Selain itu, banjir yang selalu menggenangi 10 kecamatan di Cilacap Barat itu, juga akibat banjir kiriman dari Sungai Citanduy yakni salah satu sungai terbesar yang berhulu di Jawa Barat dan bermuara di Segara Anakan.

Selain sebagai penyebab pendangkalan, banjir kiriman dari Sungai Citanduy meluap dan menggenangi beberapa kecamatan disekitar daerah aliran sungai (DAS).

Menurut Suprihono, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Cilacap, kondisi ini sudah berjalan selama puluhan tahun dan belum ada solusi untuk mengatasinya.

Upaya penyodetan Segara Anakan justru dimentahkan oleh pemerintah pusat, khususnya Menteri Negara Lingkungan Hidup yang dulu dijabat oleh Nabiel Makarim. Padahal Cilacap sebagai daerah yang berkepentingan selalu mendukung projek tersebut.

"Sedikitnya terdapat 400.000 jiwa dari 10 kecamatan yang selalu tergenang banjir Citanduy, yakni Sidareja, Kawunganten, Gandrungmanggu, Cipari, Kedungreja, Bantarsari, Cimanggu, Wanareja, Majenang, dan Karangpucung," ujarnya, kemarin.

Kerugian Rp 14 miliar

Soeprihono mengatakan, selama bulan November kerugian akibat banjir mencapai Rp 14 miliar. Kerusakan itu meliputi prasarana jalan serta saluran pengairan. Namun kerugian paling besar berasal pada kerusakan jalan.

Untuk saluran irigasi yang jebol seperti di Cihaur, hanya sebesar Rp 300 juta. Sedangkan untuk jalan yang mencakup 21 ruas di Sidareja dan panjang 48 km, nilai kerugiannya mencapai Rp 7 miliar.

Sementara untuk kerusakan prasarana umum masih dalam proses penghitungan, Soemaryo mengatakan, kerusakan itu meliputi ada tiga lokal gedung SD di Karanggedang, Sidareja yang ambruk akibat banjir. Untuk lahan pertanian, jumlah areal persawahan yang terendam banjir mencapai 1.100 hektare.

Mudik

Sebagian pengungsi mulai Rabu (1/12) kembali ke rumah masing-masing. Dari 950 jiwa lebih yang sejak Selasa (30/11) ditampung di sejumlah fasilitas umum tinggal separuhnya, warga yang masih bertahan, umumnya yang rumahnya masih tergenang air sekira 40-60 cm.

Hujan gerimis yang mengguyur Cilacap dan sekitarnya memperlambat aliran air ke muara. Permukaan laut masih tinggi. Biasanya berdasarkan pengalaman, genangan air bertahan hingga 4-5 hari.

"Genangan air pada banjir tahun sebelumnya bertahan hingga sampai 7 hari. Apalagi dengan cuaca seperti ini, kemungkinan permukaannya bisa naik lagi," ujar Kusmini (34), warga Kedungreja Kecamatan Sidareja, yang masih bertahan di tempat penampungan.

Kepala Bagian Sosial Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap, Sumaryo mengakui, masih banyak warga yang bertahan di tempat pengungsian sejumlah tempat di Kecamatan Sidareja seperti Koramil, gedung SD, dan puskesmas. Pemkab menyiagakan dapur umum dan posko kesehatan yang dibuka selama 24 jam. Perkiraannya jumlah pengungsi yang masih bertahan antara 500 s.d. 600 orang.

Pengiriman logistik seperti bahan pangan, lauk serta air bersih terus dilakukan ke sejumlah tempat yang dilanda banjir. Dinas Kesehatan juga terus memantau kondisi kesehatan pengungsi, sehubungan munculnya penyakit pascabanjir seperti gatal-gatal dan diare.

Menurut Bupati Cilacap, H. Probo Yulastoro, air dari keempat sungai tidak bisa masuk ke Segara Anakan yang menjadi muara karena tertutup sedimentasi. Ia mengatakan, jika hujan lebat turun selama 3 jam saja, daerah Cilacap akan tergenang air. (A-99)

Post Date : 02 Desember 2004