Tetesan Rahmat Hemat Minyak

Sumber:Majalah Gatra - 18 Maret 2006
Kategori:Air Minum
Awas! Awas ! Jangan kebanyakan teriak seorang bapak pada anak-anaknya. Mereka sibuk mengamati jerigen air dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Sang bapak sibuk memberikan instruksi. Cukup beberapa tetes saja, anak-anak! serunya. Sementara anak-anak yan lebih kecil sibuk berkerumun karena penasaran.

Hari itu, anak-anak kelas V danVI Sekolah Dasar Negeri Rawa Barat 07, Kebayoran Baru, Jakarta, sedang melakukan percobaan pada: Water Testing Day. Mereka sedang membuktikan sebuah formula hasil penelitian dari Amerika yang bisa memurnikan air. Namanya Air RahMat, yang merupakan singkatan dari muRah (ekonomis), Mudah (praktis), sehat.

Seminggu setelah percobaan yang dilakukan siswa-siswi SD itu, 28 Februari lalu, Duta Besar Amerika Serikat B. Lynn Pascoe dan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari meresmikan air ini sebagai produk resmi di Indonesia dengan izin dari Departemen Kesehatan.

Air RahMat dikembangkan berkat penelitian ekstensif yang dilakukan Pemerintah Amerika Serikat melalui Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Atlanta, ujar B. Lynn Pascoe.

Air RahMat diklaim sebagai solusi hemat untuk mendapat air minum sehat tanpa perlu direbus. Cukup menuangkan beberapa tetes air RahMat, berucap Bismillah, air tersebut bisa langsung diminum.

Air ini pertama kali diperkenalkan oleh Centres For Disease Control and Prevention (CDC) dan the Pan American Health Organization (PAHO) pada 1992 dan dimaksudkan untuk masyarakat yang tertimpa kasus-kasus darurat seperti bencana alam. Air ini pertama kali digunakan pada waktu terjadi epidemi kolera di Amerika Latin.

Air RahMat terdiri dari larutan 1,25% sodium hypochorit atau kaporit yang dikembangkan sebagai bagian program Save Water Systems (SWS) oleh Direktorat Pengendalian Penyakit, Departemen Kesehatan Amerika Serikat. Umumnya sistem pengolahan air minum di Amerika Serikat dan Eropa menggunakan kaporit yang punya zat aktif klorin. Kaporit juga sudah lama dipakai PDAM di Indonesia.

Awal tahun 1990-an, klorin digunakan secara luas sebagai disinfektan. Klorin mengubah cara pemurnian air dan secara dramatis mengurangi penyakit yang bersumber dari air. Karena itu, di Amerika klorin dijadikan formula utama untuk pemurnian air. Inilah yang kemudian dikembangkan menjadi Air RahMat.

Pada Desember 2003, CDC Atlanta bekerjasama dengan USAID mengembangkan dan merencanakan Program SWS di Indonesia. Pada februari hingga Desember 2004, CARE sebuah LSM international memulai penelitiannya di Tangerang.

Mereka menemukan bahwa air RahMat sangat efektif menghilangkan aneka mikroorganisme penyebab diare, seperti E.coli , kolera, disentri, dan demam tifus.

Penelitian klinis pada penggunaan produk yang serupa dengan air RahMat menunjukkan penurunan penyakit diare hingga 85%. Pemakaian air RahMat juga mudah. Cukup memasukan air RahMat sesuai takaran ( 3 ml untuk setiap 20 liter ) ke dalam air jernih, kocok selama 30 detik, tunggu selama 30 menit, dan air siap diminum.

Penggunaan air RahMat bisa menghemat uang buat membeli bahan bakar minyak untuk memasak air secara signifikan, kata Rieneke Roloes, Deputi Director Aman Tirta sekaligus ahli biologi dari kemitraan Aman Tirta.

Rieneke juga menekankan bahwa air ini hanya untuk air jernih. Produk air RahMat generik, tanpa menggunakan merek, telah digunakan di Indonesia beberapa tahun lalu. Pada 2004, di Timor Barat, air RahMat dibagikan secara gratis setelah bencana banjir besar mengancam persediaan air yang aman. Di Aceh, sejak hari-hari pertama setelah tsunami, air RahMat juga dibagikan di seluruh wilayah.

Air RahMat pun telah dipakai di 25 negara, seperti India, Thailand, Filipina, dan negara-negara Amerika Latin. Di Indonesia, air RahMat dikembangkan dengan pendanaan dari USAID bekerja sama dengan LSM Kemitraan Aman Tirta, Pusat Program Komunikasi Johns Hopkins, CARE Indonesia International, PT Tanshia Consumer Goods, PT Dos ni Roha, dan LOWE Worldwide.

Meskipun air ini akan dipasarkan secara umum, masyarakat sebaiknya tidak mengonsumsinya setiap hari. Seperti diumumkan di website Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), air RahMat memang sangat berguna pada kasus-kasus darurat. Karena itu, air ini sangat bermanfaat di daerah yang sedang tertimpa bencana, tapi bukan untuk konsumsi harian.

Bahan dasar air RahMat, yakni klorin, merupakan zat kimia yang paling banyak digunakan untuk mendisinfeksi air minum karena mudah digunakan, mudah didapat, dan relatif murah. Klorin biasanya tersedia di rumah tangga sebagai cairan pemutih dengan konsentrasi 1%.

Klorin harus ditambahkan dalam jumlah cukup untuk menghancurkan semua kuman, tapi tidak boleh terlalu banyak karena akan mempengaruhi rasa air. Jadi, meski anda bisa mendapatkan kaporit dengan mudah, lebih baik hati-hati menambahkannya. WHO menyarankan agar penggunaan zat ini diatur oleh orang yangn mahir. Nah, takaran air RahMat adalah salah satu racikan yang cukup aman. ASMAYANI KUSRINI

Post Date : 18 Maret 2006