Tinggi, Kebocoran PDAM Ciamis

Sumber:Pikiran Rakyat - 28 Juni 2005
Kategori:Air Minum
CIAMIS, (PR). Hasil audit yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jabar menemukan tingkat kebocoran air milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Ciamis, sudah jauh di atas rata-rata nasional. Kebocoran air PDAM Ciamis, sekarang mencapai 30,07 persen, sedangkan rata-rata nasional 20 persen.

Direktur Umum PDAM Ciamis, Ade Supriatna, ketika dikonfirmasi, "PR", Senin (27/6) membenarkan adanya peringatan dari BPKP Jabar soal tingkat kebocoran air PDAM Ciamis yang tinggi. Kondisi itu karena pipa penyalur air milik perusahaan ini, sudah rusak.

BPKP Jabar beberapa waktu lalu melakukan audit di perusahaan ini. Salah satu catatannya adalah masalah kebocoran air. Namun, Ade membantah kalau ada kebocoran keuangan, sebagaimana isu berkembang. "Kalau keuangannya, tidak ada. Tapi, dalam masalah kebocoran air," katanya.

Ada beberapa alasan, kenapa tingkat kebocoran air masih tinggi. "Selain pipa sudah rusak, ada 548 pencatat meteran milik pelanggan sudah rusak. Sehingga, tidak bisa terdeteksi berapa air yang digunakan pelanggan. Namun, untuk kerusakannya, sudah kita ganti sebanyak 500 buah. Diharapkan, bisa menekan angka kebocoran hingga dua persen," jelas Ade didampingi anggota Badan Pengawas PDAM, Koko Komarudin.

Koko menambahkan, masalah tingkat kebocoran air sudah lama menjadi catatan badan pengawas. Termasuk, dalam memori akhir masa jabatan badan pengawas, masalah kebocoran, harus segera ditangani dengan sebaik-baiknya.

"Di samping perbaikan sarana fisik yang rusak, juga mental pencatat penggunaan air ke pelanggan. Mental mereka juga harus benar-benar baik, yaitu jujur. Sehingga, tidak muncul main mata antara pelanggan dan pencatat untuk mengurangi penggunaan air," katanya.

"Kalau saja kebocoran itu bisa ditekan hingga 10%, bisa menambah 2.000 pelanggan. Atau dengan sendirinya, akan bisa mendapatkan tambahan penghasilan rata-rata Rp 60 juta dari pelanggan setiap bulannya," tegas Koko Komarudin.

Direktur Umum Ade Supriatna mengatakan penanganan kebocoran ini sangat sulit untuk diperbaiki. Alasannya, pipa utama yang ada yaitu pipa yang terbuat dari asbes. Sekarang pabrik yang membuat pipa seperti itu sudah tidak ada lagi sehingga jika terjadi kebocoran sulit diperbaiki. Kalaupun ditangani, hasilnya tidak maksimal. (A-97)

Post Date : 28 Juni 2005