Tinggi, Kontaminasi

Sumber:Kompas - 25 Februari 2008
Kategori:Sanitasi
Jakarta, Kompas - Penelitian yang dilakukan di empat kota, yaitu Bantaeng, Binjai, Mauk, dan Tangerang, menunjukkan tingginya kontaminasi bakteri E coli pada air minum penduduk. Hal ini disebabkan penanganan yang tidak higienis. Proses pemasakan yang tidak sempurna ini menjadi salah satu sebab tingginya kasus diare di daerah tersebut.

Hal ini dikemukakan Frieda Subrata, pelaksana Program Aman Tirta dari Johns Hopkins University (JHU), Minggu (24/2) di Jakarta.

Survei beberapa bulan terakhir ini dilakukan JHU bekerja sama dengan Institute of Public Health and Water Research Universitas Illinois dan Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat. CDC sendiri mengembangkan teknik pengolahan air dengan sodium hipokhlorit untuk mengatasi wabah kolera di Amerika Serikat pada tahun 1992.

Dari penelitian yang melibatkan total 10.737 responden diketahui, 47,5 persen rumah tangga memiliki air minum yang terkontaminasi E coli. Risiko lebih besar ditemukan pada rumah tangga miskin.

Kondisi ini berkorelasi dengan kasus diare di Indonesia yang menempati peringkat kedua penyakit penyebab kematian balita. Sekitar 100 balita per tahun meninggal karena diare di Indonesia.

Pengolahan yang keliru

Dijelaskan Frieda, penyebab kontaminasi karena pengolahan air yang keliru. Penyebab kekeliruan yang paling sering terjadi di masyarakat antara lain merebus air tidak dibiarkan mendidih sekitar 1-3 menit. Padahal, langkah ini sangat penting agar bakteri mati.

Kesalahan lainnya yang juga sering dilakukan adalah cara penyimpanannya tidak aman dan tidak higienis. Misalnya, setelah direbus tutup panci dibuka begitu saja. ”Pengambilannya pun menggunakan gayung atau gelas serta tangan pun belum bersih sehingga terjadi rekontaminasi,” ujarnya.

Dari survei diketahui, perebusan tidak dibiarkan mendidih selama tiga menit karena masyarakat setempat kurang pengetahuan mengenai proses memasak air yang baik. ”Selain itu, alasan mereka harga minyak mahal,” ujarnya.

Setelah di empat kota, pada bulan-bulan mendatang dilakukan survei lanjutan di tujuh kota besar, yakni Banda Aceh, Surabaya, Malang, Lamongan, Medan, Makassar, Yogyakarta, Bandung, dan Tangerang. (YUN)



Post Date : 25 Februari 2008