TPA Jatibarang Overload 2008

Sumber:Suara Merdeka - 08 September 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
SEMARANG - Umur pakai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang seharusnya sudah berakhir sejak 2003 lalu. Namun, TPA itu diperkirakan masih bisa digunakan lima tahun lebih lama dari pada rencana semula. TPA Jatibarang, diperkirakan baru overload pada 2008.

Perpanjangan waktu itu, menurut Kepala Seksi TPA dan IPLT Dinas Kebersihan Kota Semarang, Haryono, karena ada rekayasa teknologi. Dia mengakui, berdasarkan rencana kelola lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL), umur pakainya hanya selama 10 tahun.

Berdasarkan dokumen RPL, TPA yang dibangun pada 1991 dan mulai beroperasi pada 1992 itu seharusnya sudah ditutup sejak 2002 atau 2003. Namun nyatanya, hingga saat ini masih menjadi satu-satunya tempat pembuangan akhir di Kota Semarang.

''Meski sudah lebih dari 10 tahun, masih bisa menampung sampah warga kota. Itu karena kami melakukan rekayasa teknologi di tempat tersebut,'' tutur Haryono.

Timbunan sampah yang menggunung di tempat itu mencapai lima juta - enam juta meter kubik. Setiap hari, sekitar 2.500 meter kubik atau sekitar 600 ton sampah dibuang ke Jatibarang. Pada 1993, TPA itu mendapat bantuan dari Bank Dunia untuk membuat sistem sanitary landfill.

Sebagian sampah diolah menjadi kompos oleh PT Bokasi Buana Asri. Namun, perusahaan itu tidak beroperasi setiap hari. Haryono mengatakan, kapasitas produksi perusahaan pengolah sampah itu rata-rata lima meter kubik/hari.

''Beberapa perusahaan lain juga berusaha menawarkan kerja sama, namun urung. Mungkin karena belum mendapatkan pangsa pasar yang menyerap produk olahan mereka,'' ujar dia.

Ia menambahkan, lahan seluas 44,5 hektare di tepi Jalan Untung Suropati, Kelurahan Kedungpane, Mijen, itu tak semuanya digunakan untuk menimbun sampah. Menurut Haryono, masih ada 40% lahan yang digunakan untuk sabuk hijau. Kendati demikian, beberapa lokasi telah disurvei untuk dijadikan TPA baru.

Beberapa waktu lalu, Dinas Kebersihan bekerja sama dengan swasta mensurvei lokasi baru yang bisa digunakan untuk TPA. Ada enam titik yang disurvei, yakni Karanganyar (Tugu), Gondorio, Wonoplumbon, Pudakpayung, Rowosari, dan Tambakrejo.

Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Kota Semarang, Ir E Tata Pradana mengatakan, berdasarkan peta Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Semarang, lokasi alternatif TPA ada di Rowosari.

Menurut Tata, pembuangan sampah idealnya ada di kawasan bawah ,agar hasil pembusukan sampahnya tidak mencemari sumber air baku yang mengalir dari kawasan atas. Berkait dengan pembangunan Waduk Jatibarang yang akan menjadi sumber air baku, Tata menyatakan, akan ada perlakuan khusus, sehingga berkualitas standar.

Saat ini, timbunan sampah di TPA Jatibarang dan Kali Kreo berjarak 500 meter.

Keberatan

Sementara itu, beberapa warga sekitar ketika ditemui mengungkapkan keberatannya begitu mengetahui pembuangan sampah tersebut akan dipindah. Menurut mereka, keberadaan tempat pembuangan sampat tersebut menguntungkan masyarakat setempat.

Nurhadi, warga RT 05 RW IV Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, mengungkapkan, warga keberatan TPA dipindah lantaran sebagian besar dari mereka menggunakan lahan di sekitar lokasi untuk menggembalakan ternak.

Setiap warga ,rata-rata mempunyai dua sampai lima ekor sapi. Di tempat pembuangan sampah itu, terdapat ratusan ternak sapi. Ternak tersebut sengaja dilepas untuk cari makan dari sampah-sampah yang dibuang.

''Jadi, kami tak usah repot-repot mencarikan rumput buat makan ternak," kata dia yang mengaku mempunyai dua ekor sapi.

Menurut penuturan beberapa warga, ratusan hewan ternak tersebut merupakan bantuan dari Wali Kota Semarang pada 1992. Tiap kepala keluarga dimodali dua ekor, sebagai konpensasi dibangunnya TPA di sekitar permukiman warga. Hewan-hewan ternak itu menjadi salah satu pendapatan tambahan warga. (H5,Fzm-18a)

Post Date : 08 September 2005