TPS Liar Bermunculan di Kota Bandung

Sumber:Kompas - 16 Maret 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Bandung, Kompas - Tempat penampungan sampah liar mulai bermunculan di daerah Bandung timur, terutama di sepanjang jalan utama dari Pasar Ujungberung hingga ke perbatasan kota di Cibiru, Kota Bandung.

Bandung Timur, terutama jalan dari Cicaheum menuju Cibiru, banyak dilintasi angkutan umum yang menuju luar kota seperti Sumedang, Majalengka, Tasikmalaya, Garut, Cirebon, dan Ciamis.

Namun, penumpang angkutan-angkutan itu sebagian besar adalah penumpang domestik.

Dalam jarak sekitar dua kilometer di Jalan Cipadung terdapat delapan tempat penampungan sampah (TPS) yang sampahnya sudah berbau busuk dan melimpah ke batas jalan aspal.

Menurut penduduk setempat yang tinggal di dekat TPS liar tersebut, tadinya TPS liar itu hanya sebuah bak sampah kecil yang hanya mampu menampung sampah sedikit. Sampah berasal dari masyarakat Desa Cipadung, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung.

Setiap hari sampah diangkut oleh truk Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan. Tetapi sejak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah ditutup, sampah jarang diangkut dan bak sampah tersebut dijadikan tempat membuang sampah oleh penduduk dari wilayah lain.

"Sepanjang hari ada saja orang yang membuang sampah ke tempat itu. Mereka membawa sampahnya dengan mobil pribadi maupun motor," kata Kiki yang tinggal di Desa Cipadung, Cibiru, dekat dengan TPS liar itu.

Keberadaan TPS liar ini sangat mengganggu penghuni bangunan di sekitar TPS. Kusnaedi (21), tetangga Kiki, mengaku harus setiap saat menyapu bengkel mobilnya karena sampah kering yang berasal dari TPS selalu terbang mengotori bengkelnya.

"Pelanggan yang sedang menunggu mobilnya diservis sekarang sering mengeluh karena tempat tunggu di bengkel kami bau sampah busuk," kata Kusnaedi.

Pemandangan makin tidak sedap karena pemulung sering datang mengacak-acak sampah tersebut.

Selain Kusnaedi, Yadi, pemilik tambal ban di dekat TPS, juga di Jalan Cipadung, mengaku terganggu dengan tumpukan sampah yang meluber ke jalan. TPS itu berada sekitar 10 meter dari kiosnya. "Biasanya bak sampah itu selalu bersih karena sampahnya sedikit. Tapi sudah seminggu sampah tidak diangkut," ungkapnya.

Bak sampah di depan Kompleks Bumi Asri juga sudah tumpah ke jalan. Menurut Ucu, satpam kompleks, sampah tersebut bukan berasal dari penduduk kompleks, melainkan penduduk lain yang sengaja membuang sampah ke bak sampah di kompleks tersebut.

Menurut Ucu, penduduk kompleks hanya membuang sampah dua kali seminggu dan langsung diangkut truk PD Kebersihan. "Jadi tidak pernah menumpuk seperti itu," kata Ucu.

Menurut Prof Dr Ir Enri Damanhuri, peneliti dari Satgas ITB Peduli Leuwigajah dan Bandung Raya, TPS liar akan menyebabkan bau, menimbulkan lalat, dan air sampahnya bisa mencemari sumber air masyarakat.

Meskipun demikian, kata Enri, sampah tersebut belum menimbulkan biogas karena gas baru dihasilkan setelah tiga minggu sampah terus ditumpuk.

Biasanya sebelum biogas muncul, bau busuk muncul dari sampah yang masih basah. Menurut Enri, tumpukan sampah tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga merusak estetika kota.

"Bertumpuknya sampah disebabkan berkurangnya pengangkutan sampah. Sebab, semua sampah kini dibuang ke TPA Jelekong yang jaraknya lebih jauh dari TPA Leuwigajah," ujar Enri.

Pengangkutan sampah ke TPA Leuwigajah biasanya dilakukan sebanyak lima rit, namun setelah dibuang ke TPA Jelekong truk hanya bisa mengangkut dua atau tiga rit. (Y09)



Post Date : 16 Maret 2005