Ubah Kebiasaan Buruk Warga

Sumber:Padang Ekspres - 25 Mei 2007
Kategori:Sanitasi
Merubah kebiasaan buruk kepada kebiasaan baik menurut standar kesehatan, bukan kerjaan gampang. Dalam hal ini memerlukan kesabaran dan kegigihan, demi mencapai hasil yang maksimal.

Selama ini kita sudah sering melaksanakan penyuluhan, tapi hasilnya tidak kelihatan, perilaku masyarakat tetap tidak berubah. Entah kapan masyarakat akan mengerti membiasakan hidup sehat.

Entah dengan cara apa lagi mengatakannya kepada masyarakat. Diundang ke posyandu alasannya banyak Anaknya demamlah, tidak ada yang akan menjaga anak lah, banyak kerjaan lah, dilarang suaminya lah dan banyak alasan beragamnya lainnya.

Untuk mensiati tersebut, maka muncul yang namanya program Community Led Total Sanitation (CLTS). Program ini dikenal dengan gerakan sanitasi total yang dipimpin oleh masyarakat. CLTS di tengah masyarakat, pada prinsipnya bertujuan mengubah rasa malu masyarakat, khususnya menyangkut kebiasaan buang air besar di sembarang tempat.

Untuk membantu program tersebut, digunakan beberapa komponen Participatory Rural Appraisal (PRA). Di antaranya pemetaan,alur kontaminasi, perhitungan tinja, dan simulasi lainnya. Proses implementasi pada masyarakat dilakukan oleh Natural Leader yang berperan sebagai fasilitator. Natural leader itu adalah orang/warga masyarakat setempat yang pertama kali terpicu untuk merubah perilakunya dari buang air besar di tempat terbuka/sembarang tempat menjadi Buang Air Besar di tempat tertutup/jamban/WC.

Sesuai dengan prinsipnya memicu rasa maka CLTS merupakan sebuah pendekatan dalam merubah perilaku masyarakat. Sebagaimana di atas, bahwa pendekatan CLTS yang berumur relatif sangat baru yang diterapkan pada program WSLIC-2 Kabupaten Sawahlunto Sijunjung pada 10 lokasi TA 2006, menunjukkan bahwa pendekatan ini memiliki daya ungkit yang lebih tinggi.

Pendekatan CLTS itu juga menjadi sangat populer karena memiliki keunikan, melibatkan masyarakat dalam setiap pengadaan alat untuk proses fasilitasi. Di sini, fasilitator hanya menyampaikan pertanyaan sebagai pancingan, dan biarkan masyarakat yang berbicara/berdiskusi lebih banyak (masyarakat yang memimpin). Membiarkan mereka menyadari sendiri, Kembalikan setiap pertanyaaan dari masyarakat kepada masyarakat itu sendiri. Asmi M.Hum Konsultan Program WSLIC (air)



Post Date : 25 Mei 2007