Upaya Mengatasi Banjir di Kota Semarang

Sumber:Buletin Pengawasan No. 47 & 48 Tahun 2004
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Banjir masih menjadi persoalan rutin bagi warga Kota Semarang. Semakin lama persoalan banjir bukan bertambah mudah, tetapi bertambah hari makin bertambah persoalannya dan membuat repot Pemerintah Kota dalam mencari solusi untuk mengatasinya. Persoalan makin bertambah parah dengan adanya Erosi terus menerus di bagian hulu sungai mengapa dan turunnya permukaan tanah di bagian Utara Kota.

Sejak pemerintahan Hindia Belanda dulu, banjir ini sudah diantisipasi dengan membuat sodetan yang dikenal dengan Sungai Banjir Kanal Barat dan Kanal Timur. Sejak dulu memang sudah diantisipasi bahwa Sungai?sungai yang mengalir melewati Tengah Kota tidak akan mampu menampung luapan pada saat musirn penghujan. Belum lagi dengan masalah air pasang (ROB), dan Pendangkalan Sungai akibat bertambahnya endapan lumpur. Areal banjir cenderung bertambah dengan pesatnya perkembangan permukiman penduduk dan lokasi industri kearah timur kota yang letaknya lebih landai dari pada sebelah Barat Kota. Sesuai rencana untuk mengatasi banjir pelaksanaan sudah banyak yang dilakukan dan telah mulai berfungsi namun apabila musim penghujan tiba, daerah tertentu didalam kota masih tetap tergenang, Yang bisa diatasi baru lamanya air tergenang, dalam arti kota masih belum bisa bebas dari banjir. Beberapa system pengendalian banjir belum bisa serentak dilaksanakan karena pemerintah tidak mempunyai dana yang cukup, bahkan untuk pemeliharaan sungai, Pemerintah dan Daerah kewalahan mengalokasikan dana bantuan.

Pembangunan Flood Way Dombo ? Sayung di daerah Kanal Timur Kota Semarang

Alur banjir Dombo?Sayung di daerah Kanal Timur kota Semarang merupakan bagian dari sistim pengendalian banjir Dolok Penggaron. Sistem ini telah diterapkan sejak akhir abad ke-19 pemerintahan Belanda dimana sungai Banjir Kanal Timur (BKT) merupakan batas Timur Wilayah Kota Semarang. Fungsi BKT merupakan penampungan dari semua banjir dari hulu sungai DOLOK & Penggaron melalui pintu bendung Pucanggading dan dialirkan ke Laut jawa.

Berkembangnya Wilayah industri & pemukiman ke arah timur serta berubahnya batas wilayah Kota Semarang berakibat lokasi BKT berada ditengah Kota, yang berarti Kota Semarang menerima banjir kiriman dari Kabupaten Demak dan Semarang.

Proyek Pengembangan Wilayah Sungai Jratunseluna maupun Pemerintah Daerah menerapkan konsep sistem pengendalian banjir Dolok Penggaron, dengan tujuan untuk mengurangi debit banjir yang masuk ke BKT dengan cara menutup pintu banjir Pucanggading, dan membuat alur banjir Dombo Sayung dengan kapasitas 210 m/dtk, maka BKT hanya menerima debit banjir dari sungai Candi, Bajak & Kedungmundu disamping debit drainase Kota Semarang di konsepkan dengan membuat alur banjir Dombo Sayung dengan kapasitas tersebut bersama debit banjir Sungai Penggaron sebesar 442 m/dtk (Q25) dapat dialirkan kelaut melalui Sungai Babon dan alur banjir Dombo Sayung ini.

Untuk melimpahkan kelebihan banjir dari sungai Penggaron ke sungai Dolok, perlu membuat saluran Kebon Batur Baru, menutup pintu banjir Kanal Kebon Batur dan melebarkan sungai Dolok, sehingga dapat menampung debit banjirnya sendiri dengan kapasitas yang direncanakan sebesar 387 m/dtk sedangkan di hulu sungai Dolok sedang dibangun Waduk Dolok yang berfungsi untuk penyediaan air bersih Kota Semarang dengan kapasitas 750 m/ dtk.

Kurangnya penanganan DAS sebelah hulu mengakibatkan laju erosi meningkat dari tahun ke tahun sehingga terjadi pendangkalan sungai yang berakibat menurunnya kapasitas sungai, diperparah lagi dengan terbatasnya dana O & P sungai sehingga banjir rutin setiap tahun melanda Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Konflik antar warga di daerah hilir yang tidak menginginkan wilayahnya dilalui debit banjir setiap musim hujan.

Alur banjir Dombo?Sayung berlokasi di sebelah timur kota Semarang, Kabupaten Demak, Propinsi Jawa Tengah berawal di Bendung Pucanggading dan bermuara di laut Jawa dengan panjang total 19,4 Km terbagi dalam 3 (tiga) paket pekerjaan.
? Studi dan Perencanaan detail sistim pengendalian banjir Dolok?Penggaron termasuk dalam studi AMDAL tahun 1989?1992 oleh konsultan DHV (Belanda) dengan dana hibah dari Uni Eropa.

Antara waktu, studi AMDAL mengakibatkan perencanaan detail tersebut perlu ditinjau kembali akibat perubahan besaran debit banjir, tata guna tanah & kenaikan biaya, peninjauan kembali oleh BCEOM (Perancis) yang juga menjadi konsultan supervisi dalam pelaksanaan fisik dengan dana Uni Eropa.
? Studi ulang rencana pelebaran Sungai Dolok termasuk studi AMDAL tahun 1999 oleh konsultan SMEC (Snow Montaine Enginering Corporation) dengan dana dari Bank Dunia.

Pelaksanaan Alur Banjir Dombo?Sayung

Pelaksanaan Alur Banjir Dombo?Sayung dilaksanakan dibawah tanggung jawab Direktorat Jenderal Pengairan, Dep. Kimpraswil. Untuk tanggung jawab teknis maupun administrasi ditunjuk Project Management Unit (PMU) yang dipimpin oleh perwakilan Pemerintah Indonesia dalam hal ini dirangkap oleh Pimpro PBPP Jratunseluna dan perwakilan dari Uni Eropa sebagai Project Co.Manager dalam hal ini dirangkap oleh ketua tim konsultan supervisi BCEOM (Bureau Central Etugea Otreh Mere ).

Untuk kelancaran koordinasi antar instansi telah dibentuk Tim Pengarah (Project Steering Committee) berdasarkan SK Gub. Jateng diketuai oleh Ass.II Setwilda Prop. Jateng.
Kegiatan pelaksanaan phisik dibagi menjadi 3 (tiga) paket :
Pembangunan alur banjir sebelah hulu sepanjang 9,4 Km termasuk 1 buah jembatan raya Semarang?Demak.
Pembangunan alur banjir sebelah hulu sepanjang 10 Km termasuk 1 buah jembatan jalan raya Semarang?Demak.
Peninggian 1 buah jembatan kereta api jurusan Semarang?Surabaya.

Pembuatan alur banjir Dombo?Sayung (19,40) merupakan lanjutan bantuan/hibah dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang pada akhir tahun 2002 belum berfungsi. Agar alur banjir dapat berfungsi maka dilanjutkan dengan pembiayaan dari Dana APBN, dan pelaksanaan pekerjaan tersebut dimulai pada tahun 2003 dibagi menjadi 3 (tiga) paket:
Paket 01 dari Bendung Pucanggading ke hilir (6,0 Km).
Paket 02 dari perbatasan paket 01 kearah hilir (6,2 Km).
Paket 03 dari perbatasan paket 02 kearah hilir sampai laut (7,2 Km).

Hambatan?hambatan pelaksanaan yang sangat dirasakan terutama masalah Sosial yang berkaitan dengan pembebasan tanah dan bangunan yang terkena pekerjaan konstruksi serta permintaan masyarakat disekitar lokasi pekerjaan, antara lain :
Penambahan konstruksi jembatan 2 (dua) buah.
Perubahan desain tanggul, dari tanggul tanah menjadi parapet/ pas.batu.
Penambahan gorong?gorong.

Pembuatan Alur Banjir Dombo?Sayung pasca MEE direncanakan selesai secara menyeluruh dalam 3 (tiga) tahun anggaran, hal ini disebabkan karena sulitnya pembebasan tanah yang terkena pekerjaan serta banyaknya usulan atau permintaan warga diluar perencanaan teknis, yaitu penambahan jembatan, gorong?gorong, penambahan panjang parapet, perkuatan tebing dari pasangan batu.

Pada akhir April/2003, alur banjir Dombo?Sayung diharapkan dapat berfungsi, namun tidak dapat berfungsi dengan kapasitas desain rencana 210 m/detik, ini disebabkan belum dilaksanakannya pembongkaran dan pembangunan kembali jembatan yang melintasi jalan utama arah Semarang?Purwodadi (BS.04) yang disebabkan tanah sekitar lokasi jembatan belum bisa dibebaskan.

Untuk mengurangi debit air yang masuk ke alur banjir Dombo?Sayung pada saat banjir, telah dibuat pasangan bronjong yang sifatnya sementara di Inlet alur banjir Dombo?Sayung sebelum dilaksanakan penggantian jembatan BS.04. (Wal Suhadi)

Post Date : 27 Desember 2004