Waduk Pacal Mulai Menyusut

Sumber:Indo Pos - 13 Juni 2005
Kategori:Drainase
BOJONEGORO - Lahan persawahan di beberapa wilayah yang selama ini pengairannya mengandalkan dari Waduk Pacal, terancam kekurangan air menyusul kemarau panjang yang sudah mulai berlangsung.

Sebab, semakin hari debit persediaan air Waduk Pacal untuk irigasi pertanian semakin lama semakin menyusut. Berdasarkan papan angka ketinggian air sebelah selatan menara, menunjukkan bahwa genangan air berada di titik 111.16 Surabaya Heven Full Peilschall (SHFP). Dengan kata lain, tampungan air di waduk buatan Pemerintah Kolonial Belanda pada 1933 itu hanya tersisa 11,2 Juta M3.

Padahal pasokan air waduk yang terletak di Desa Tretes Kecamatan Temayang tersebut masih dibutuhkan ribuan petani dalam awal musim kemarau pada tujuh kawasan dengan areal tanaman padi seluas 10 ribu hektar tersebut. Diantaranya adalah Kecamatan Dander, Bojonegoro, Kapas, Sukosewu, Balen, Sumberrejo dan Kepohbaru. Akibatnya, tanaman padi di beberapa wilayah di atas terancam mengalami puso.

Kordinator Siaga Waduk Pacal Mashoeri menjelaskan, sebenarnya waduk itu memang sudah tidak layak lagi digunakan untuk mengaliri areal pertanian. Sebab, menara waduk yang pada saat berdiri masih mampu menampung air sebanyak 41,5 Juta meter kubik, namun sepanjang 2000 hingga kini hanya mampu menampung air sebanyak 23 Juta M3.

Selain pasokan airnya melebihi Rencana Tata Tanam Global (RTTG) yang ditetapkan Dinas Pertanian Kab Bojonegoro, lanjut dia, juga karena semakin musnahnya sabuk hijau atau pepohonan jati di pinggiran waduk yang memiliki bantaran seluas 400 Hektar itu. Akibatnya, pada saat musim hujan waduk tidak hanya mendapatkan pasokan air, namun juga lumpur yang mengakibatkan pendangkalan tanah dalam dasar waduk.

Dia menambahkan, dalam perharinya persediaan dan ketinggiaan air mulai menunjukkan penyusutan air. Dia memperkirakan, untuk masa sebulan, air sudah tidak nampak di dasar waduk. "Kondisi itu mirip dengan tidak ditemukannya genangan air di waduk pada 2003 silam," jelasnya.

Datangnya musim kemarau dari bulan ke bulan, diakuinya semakin menunjukkan adanya penyusutan. Mashoey menjelaskan, pada awal Mei lalu, ketinggiaan air mencapai 114.02 SHFP dengan pasokan air sebanyak 2,5 M3 perdetik. Dan, daya tampung airnya masih menyisakan 19,6 Juta M3. "Untuk akhir bulan yang sama, ketinggiaan air hanya di titik 113.00 SHFP dengan pasokan air sebanyak 6 M3 perdetik dan tampungan air 16,5 Juta M3," bebernya.

Sedangkan untuk Juni ini, genangan air berada di titik 112.00 SHFP dan tetap dialirkan untuk areal pertanian sebanyak 6 M3 per detik. Menurut dia, hal ini berkibat tampungan air di waduk berkurang hingga hanya menyisakan 11,2 Juta M3.

Kendati demikian, dia mengaku petani tidak mempersoalkan adanya kekurangan pasokan air tersebut. Sebab, petani yang memanfaatkan air dari waduk sebelumnya telah teken perjanjian dengan Dinas Pengairan Jatim, --pengelola waduk, untuk menerima resiko atas terjadinya kurangnya pasokan air. "Petani yang tergabung dalam himpunan pemakai air telah menyatakannya dengan siap menanggung akibat dari kurangnya kiriman air dari waduk pada setiap saat. Perjanjian itu, membuat kami yang bertugas dilapangan menjadi tenang. Dikarenakan kami selalu menjadi bulan bulanan petani pada masa sebelumnya, tentunya saat kiriman air tidak terpenuhi," katanya. (fiq)

Post Date : 13 Juni 2005