Waduk Resapan Atasi Banjir Dan Kekeringan

Sumber:Media Indonesia - 17 Maret 2004
Kategori:Drainase
JAKARTA (Media): Penerapan teknologi waduk resapan mampu mengatasi banjir dan kekeringan yang setiap tahun melanda Indonesia. Demikian hasil studi Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) yang sudah dilakukan sejak 2003 lalu.

Hasil studi waduk resapan tersebut, menurut Asisten Deputi Kajian Kebutuhan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Kementerian Riset dan Teknologi Idwan Suhardi di Jakarta, kemarin, mengindikasikan tingkat peresapan (laju infiltrasi) waduk resapan cukup tinggi. Lanjut dia, pada areal seluas kurang lebih 1,5 hektare mampu meresapkan aliran permukaan dengan laju infiltrasi mencapai 1,933 meter kubik per hari.

''Dengan laju infiltrasi 1,933 meter kubik per hari tersebut apabila dikonversikan dengan kebutuhan air, setara dengan kebutuhan air bagi 32.213 penduduk masyarakat pedesaan atau setara dengan kebutuhan air bagi 16.106 penduduk masyarakat perkotaan,''jelas Idwan.

Apabila dikonversikan dengan kebutuhan sektor pertanian atau sektor industri, dengan laju infiltrasi waduk resapan 1,933 meter kubik per hari, mampu mencukupi kebutuhan areal pertanian seluas 41,4 hektare atau mampu mencukupi kebutuhan air baku bagi kawasan industri seluas 30 - 41 hektare, tambahnya.

Menurut Idwan, tingginya kemampuan waduk resapan untuk meresapkan aliran permukaan dibandingan dengan embung atau situ yang selama ini lebih banyak befungsi sebagai tandon air, karena waduk resapan didesain mencapai lapisan aquifer atau lapisan tanah yang memiliki daya resap cukup tinggi yaitu berkisar 10 pangkat minus 5 meter per detik, tambahnya.

''Angka tersebut sangat berbeda dibandingkan dengan daya serap lapisan lempung yang berkisar 10 pangkat minus 7 meter per detik,'' tambahnya.

Hasil simulasi waduk resapan di kawasan Universitas Indonesia (UI), kata dia, memberikan gambaran bahwa waduk resapan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi bagian dari upaya penanggulangan banjir, sekaligus mengatasi kelangkaan air, tambah Idwan.

Menurut dia, studi ini melibatkan juga Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil), pakar-pakar dari Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Masyarakat Air Indonesia (MAI).

Anggota Tim Proyek Pengembangan Waduk Resapan dari Kementerian Ristek ini terdiri dari beberapa ahli hidrologi yaitu Asep Karsidi, Sutopo, Yani MT, Santoso Yudo, dan Teddy Sudinda sebagai ketua tim.

Teddy mengatakan, filosofi dasar dalam pengembangan waduk resapan bahwa banjir dapat dikurangi dengan memperkecil aliran permukaan. Caranya, melalui peningkatan kemampuan tanah dalam meresapkan aliran permukaan baik secara alami (natural recharge) maupun secara buatan (artificial recharge).

''Embung atau situ yang selama ini lebih banyak berfungsi sebagai tandon air, pada lokasi tertentu dapat dikembangkan menjadi waduk resapan, sehingga dapat berfungsi untuk mengurangi banjir khususnya banjir lokal,'' jelasnya.

Selain itu, lanjut Teddy, pengembangan waduk resapan di bagian hulu/tengah dari suatu daerah aliran sungai (DAS) akan sangat berperan dalam mengurangi jumlah aliran permukaan yang masuk ke dalam sungai, yang pada gilirannya dapat mengurangi debit banjir dari sungai yang bersangkutan.

Tentang dana untuk pengembangan proyek ini, menurut Idwan, pihak Kementerian Ristek akan bekerja sama dengan Departemen Kimpraswil. Dia mengaku soal dana proyek memang belum dihitung secara rinci. Namun, Idwan berharap agar DPR dan pihak terkait lainnya menyadari pentingnya proyek waduk resapan ini dikembangkan.

Karena itu, untuk menindaklanjuti kajiannya tentang penerapan teknologi waduk resapan ini Kementerian Ristek, Depkimpraswil, ITB, dan UI, akan menggelar workshop tentang Strategi dan Pengembangan Teknologi Waduk Resapan untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan.

Workshop akan diadakan pada 18 Maret dan diikuti para pakar, wakil pemerintah daerah, asosiasi profesi, LSM dan instansi terkait lainnya. (Ddn/V-2)

Post Date : 17 Maret 2004