Walhi Menilai Kesepakatan Bali Tak Maksimal

Sumber:Koran Tempo - 17 Desember 2007
Kategori:Climate
JAKARTA -- Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Cholid Muhammad menilai kesepakatan hasil Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali kurang maksimal. "Tidak ada ketegasan kolektif untuk mengurangi emisi karbon," katanya kemarin.

Konferensi yang berakhir Sabtu lalu itu menyepakati lima hal. Salah satu kesepakatan itu adalah pengurangan emisi secara dramatis, tapi besarnya tidak disebut.

Cholid khawatir tidak adanya angka besaran yang pasti tentang pengurangan emisi itu akan berpengaruh terhadap perundingan selanjutnya di Polandia dan Denmark pada 2009. "Bisa jadi pada perundingan berikutnya masalah pengurangan itu tidak akan maksimal," ujarnya.

Sejak awal perundingan Bali, kata Cholid, pembicaraan sudah didominasi kepentingan bisnis, terutama mengenai isu perdagangan karbon. Istilah ini berarti pemberian dana dari negara maju untuk negara yang tingkat emisinya rendah atau nihil. "Skema bantuan ini jangan dianggap pelepasan tanggung jawab atau cuci dosa," katanya.

Negara maju, seperti Amerika Serikat, Australia, dan Jepang, kata Cholid, tidak boleh menganggap insentif ini sebagai sumbangan. Mereka harus bertanggung jawab langsung karena, jika dilihat dari sisi historis, negara-negara majulah penyebab pemanasan global. "Negara-negara selatan seharusnya bergabung membentuk blok politik agar negara maju dapat ditekan."

Berbeda dengan Walhi, organisasi lingkungan Greenpeace cukup puas dengan hasil perundingan Bali itu. Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara Emmy Hafild mengatakan, meski besaran kewajiban pengurangan emisi tidak ditentukan, secara garis besar apa yang diinginkan Greenpeace sudah terpenuhi. "Kami bilang 'we're not happy, but we can live with it'," kata Emmy.

Emmy menyambut baik target menyelesaikan protokol perubahan iklim pengganti Protokol Kyoto pada 2009. Dua tahun, kata Emmy, merupakan tambahan waktu bagi Greenpeace untuk terus melakukan negosiasi dan kampanye.

Greenpeace juga memandang positif pemberian "insentif positif" bagi negara berkembang yang mengurangi penebangan hutan. Dalam dua tahun ke depan, kata Emmy, Greenpeace akan mengkonsentrasikan diri melawan deforestasi di Indonesia. Greenpeace juga akan lebih aktif berkampanye di Amerika Serikat agar pemerintahnya tergerak untuk berpartisipasi mengurangi emisi karbon. SHINTA EKA P



Post Date : 17 Desember 2007