Warga Baleendah Kesulitan Air Bersih

Sumber:Pikiran Rakyat - 20 Oktober 2004
Kategori:Air Minum
BANDUNG, (PR).- Akibat musim kemarau yang berkepanjangan, sumur dan pompa air di wilayah Kab. Bandung, mengering. Seperti di Kampung Balegede dan Kampung Paros Kelurahan Baleendah Kecamatan Baleendah, puluhan kepala keluarga mengalami kesulitan air bersih.

Diperoleh keterangan, di kedua kampung itu untuk memeroleh air bersih terpaksa harus membeli air Rp 400,00 hingga Rp 500,00 per jerigen. Yana R (30), penduduk Kampung Balegede saat ditemui "PR" Selasa (19/10), menjelaskan, sebenarnya setiap tiba musim kemarau pasti di daerahnya selalu kekurangan air. Pompa air dan sumur gali dengan kedalaman 30 meter tidak lagi berair. Oleh karena itu warga di daerahnya harus membeli air antara 10 - 15 jerigen per hari.

Hal sama diungkapkan Rahmat (32), warga Kampung Pasir Paros. Sumur di kampungnya selain mengering, kalaupun ada airnya berwarna keruh sehingga tidak bisa dipakai mandi atau keperluan lain. "Jangankan untuk minum, untuk mandipun tidak bisa," ujar Rahmat.

Berkaitan dengan itu, baik Yana maupun Rahmat, memohon kepada Pemkab Bandung agar ke kampungnya segera dibuat jaringan air PDAM. Apalagi saat bulan puasa, warga sangat membutuhkan lebih banyak air. "Atau untuk sementara tolong dibuatkan sumur artesis, biar setiap musim kemarau warga tidak kekurangan air bersih lagi seperti sekarang ini," ujar Rahmat.

Kekeringan, ternyata bukan di Kecamatan Baleendah saja, namun hampir di beberapa wilayah di Kab. Bandung juga mengalami hal serupa, termasuk sawah turut kekeringan. Menurut data terakhir yang didapat dari di Dinas Pertanian Kab. Bandung, hingga pertengahan Oktober 2004, lahan persawahan yang kekeringan dengan kategori berat seluas 1.797 ha, kategori sedang 1.196 ha, ringan 1.395 ha, sedangkan yang mengalami gagal panen atau puso sebanyak 1.657 ha.

Kemarau

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kab. Bandung Ir. Sofian Nataprawira, menjelaskan, semakin meluasnya kekeringan disebabkan musim kemarau yang belum kunjung berakhir, buruknya lingkungan, dan fluktuasi suhu yang tinggi. Sedangkan yang gagal panen atau puso, terparah di Kecamatan Soreang, yaitu sebanyak 213 ha. Akibatnya harus kehilangan sekira 7.900 ton gabah kering giling, dan akibat kegagalan panen tersebut ribuan petani kehilangan penghasilan.

"Luas sawah puso kemungkinan masih bisa meningkat, mengingat 1.797 ha sawah lainnya saat ini mengalami kekeringan berat," katanya.

Guna mengatasi kekeringan, menurut Sofian, berbagai upaya telah dilakukan, antara lain memonitor areal sawah, sumber air, memantau pengaturan pemakaian air, melakukan pompanisasi, mengatur pola tanam, membantu benih, dan merehabilitasi lahan kritis.

"Sebanyak 45 ton bantuan benih siap diberikan kepada petani yang sawahnya mengalami puso," katanya. seraya menambahkan bahwa 45 ton benih itu siap ditanam di lahan seluas 1.800 ha.

Selain itu, sebanyak 70 pompa bantuan pemerintah siap digunakan untuk menanggulangi kekeringan. Selain itu, pemerintah pun akan segera menambah 19 pompa lagi dalam waktu dekat ini.

"Bahkan, selain milik pemerintah, ada sekira 211 pompa milik masyarakat yang digunakan untuk menanggulangi kekeringan," ujar Sofian.

Menanggapi kekeringan yang semakin meluas, anggota Fraksi Madani DPRD Kabupaten Bandung H. Asep Anwar mengatakan, sebaiknya Dinas Pertanian cepat terjun ke lapangan untuk mengatasi semakin meluasnya kekeringan tersebut. Misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat, apa yang harus diperbuat bila kekeringan terus berlanjut.

Salah satu contoh, kata Asep, memberikan penyuluhan dengan penggantian tanaman, dari biasa menanam padi untuk sementara bisa dialihkan ke tanaman lain. Umpamanya tanaman palawija atau tanaman lain yang tidak begitu banyak memerlukan air. (A-72)

Post Date : 20 Oktober 2004