Zona Air Minum Diresmikan

Sumber:Majalah Air Minum - 31 Juli 2007
Kategori:Air Minum
Tanggal 7 bulan 7 tahun 2007 memang tanggal istimewa. Cara menuliskan nya pun istimewa: 070707. Bagi PDAM Intan Banjar yang terletak sekitar 40 km arah timur Banjarmasin tanggal tersebut juga sangai istimewa. Menurut Direktur Utama Rifqie Basri, PDAM yang melayani dua wilayah pemerintahan itu genap berusia 19 tahun, sudah akil balig, dewasa, siap dikawinkan. Dengan siapa? Siapa tahu ada pihak swasta yang mau bekerja sama, menginvestasikan uangnya di PDAM.

Yang istimewa lagi, dalam usia ke19 tahun itu, dengan bangga PDAM ini sudah dapat mempersembahkan air siap minum dari keran di sejumlah kawasan perumahan yang berdekatan dengan salah satu instalasi pengolahan airnya di tepi hutan pinus Mentaos. Itu dimungkinkan dengan adanya instalasi tambahan yang diresmikan baru baru ini.

Jika perayaan ulang tahun biasa dilakukan di kantor pusat atau bahkan di gedung lain yang dianggap representatif, maka perayaan ulang tahun ke 19 PDAM Intan Banjar lebih istimewa karena diselenggarakan di sebuah hutan pinus, tempat remaja kota biasa bersantai, terkadang memadu cinta. Di tepi hutan pinus Mentaos Banjarbaru itu memang terdapat dua IPA milik PDAM Intan Banjar yang mengambil air baku dari saluran irigasi yang berinduk pada Sungai Riam Kanan.

Seluruh karyawan yang berjumlah 14 orang, pada hari bersejarah itu patut bersyukur dan berterima kasih. Betapa tidak? Beberapa tahun lalu sewaktu ikut memberi nasihat dalam upaya penyehatan PDAM ini, Budi Sucahyo yang sekarang menjadi anggota BPPSPAM menceritakan, kantor pusat PDAM ini saja sewaktu pertama kali mengunjunginya lebih dua tahun lalu tak karuan bentuknya, kumuh. Sekarang, kantor PDAM Intan Banjar cukup representatif. Bangunannya tidak terlalu besar dan mentereng, tetapi dengan bentuk yang cantik dipadukan dengan halaman yang luas di depan, kantor tersebut tampak anggun berwibawa.

Wajah para karyawan di hari yang bersejarah itu berseri seri menyambut tamu-tamu, mulai dari Wakil Gubenur Kalimantan Selatan, Wakil Bupati Banjar dan Wakil Walikota Banjarbaru serta masyarakat pelanggan dan sejumlah relasi PDAM. Dan yang lebih membahagiakan mereka tentunya, PDAM Intan Banjar sudah tergolong sehat. Buktinya, kalau lebih dua tahun yang lalu menurut Direktur Utama Rifqie Basri gaji terendah hanya Rp 400.000, sekarang sudah jauh meningkat mencapai Rp 1.200.000. Peningkatan kesejahteraan itu langsung diimbangi dengan semangat luar biasa para karyawan. Sebabnya sejak awal, pimpinan baru mulai berusaha mengubah budaya kerja di PDAM itu.

Dua tahun lalu saat mulai dipercaya sebagai direktur utama, kondisi PDAM ini sakit parah. Kalau diumpamakan sebuah kapal, tinggal menunggu waktu saja akan tenggelam. Arus kas yang ada tidak mencukupi untuk menutup biaya operasional. Aliran kas sekitar Rp 200 juta, biaya operasional Rp 600 juta.

Sekarang pendapatan sudah mencapai Rp 1,5 miliar per bulan, sedangkan jumlah pelanggan sudah mendekati angka 20 ribu.

Kisah sukses ini terjadi tentu saja sebagai hasil kerja keras.

Pertama menurut Sang Direktur Utama. saat mulai bertugas di situ, mereka melakukan reklasifikasi pelanggan. Misalnya, dulu ada rumah yang kondisinya sederhana dikenakan tarif terendah, A1. Tetapi setelah dicek 20 tahun kemudian, rumah tersebut sudah berkembang dan masuk rumah "gedongan", maka tarif yang dikenakan tentunya sudah masuk golongan yang lebih atas. Pelanggan yang seperti itu banyak, namun selama belasan tahun dibiarkan begitu saja.

Kedua, dilakukan pembenahan meter air. Yang rusak diganti, dan yang masih bisa dibetulkan diperbaiki. Lalu langkah ketiga, perluasan cakupan dengan berusaha memanfaatkan kapasitas yang selama ini masih idle alias belum terpakai. Alhasil didapatkan 4.000 an pelanggan baru. Jelas ini sumber pendapatan yang tidak kecil.

Karyawan pun dipacu oleh Rifqie Basri dengan cara mendidik dan melatih mereka. Di antaranya mengirimkan mereka belajar ke PDAM yang lebih maju atau perusahaan perusahaan besar yang sehat seperti PLN atau Telkom. Pola pikir karyawan dan direksi diubah dari pola lama menjadi seprofesional mungkin demi melayani masyarakat sebaik baiknya.

Dalam pelatihan yang pertama dilakukan dalam rangka pembenahan itu, PDAM ini melibatkan tenaga ahli dari Jakarta dengan tema: "Berubah atau Musnah".

Hasilnya, "Di bidang SDM kami sudah mampu bersaing," ujarnya sang dirut. Atas kenyataan itu, Rifqie Basri bercita cita agar kelak PDAM Intan Banjar menjadi tempat orang belajar tentangPDAM. "Karena itu saya terus menganjurkan karyawan untuk belajar, belajar dan belajar. Orang nanti akan belajar tentang PDAM di PDAM Intan Banjar, karena itu karyawan kita pun harus disiapkan," ujarnya.

Hal ini berkaitan pula kedudukan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) seKalimantan Selatan di Banjarbaru. Namun Pusdiklat tersebut belum mencakup air. Makanya ia ingin agar Pusdiklat Air untuk Kalimantan Selatan kelak ada Banjarbaru.

Dukungan Pemerintah

Dalam upayanya mengatrol PDAM Intan Banjar dari kondisi terpuruk itu, harus diakui bahwa Pemerintah, mulai dari Provinsi, Kota maupun Kabupaten memang sangat mendukung dan membantu secara nyata. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah misalnya menyertakan modal sebesar Rp 10 miliar, penyertaan modal dari Pemerintah Kabupaten Banjar sebesar Rp 17 miliar dan dari Pemerintah Kota Banjarbaru sebesar Rp 5 miliar.

Namun dukungan yang tak kalah penting seperti pernah ditulis di majalah ini beberapa bulan lalu, pemekaran wilayah yang terjadi atas Kabupaten Banjar menjadi Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru tidak diikuti oleh pemekaran (baca: pengerdilan pen) PDAM yang sudah ada sebelumnya seperti umumnya terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Dalam hal ini ketika Kota Banjarbaru resmi dinyatakan sebagai kota mandiri dan terlepas dari Kabupaten Banjar, walikotanya memilih untuk tidak membangun PDAM sendiri, melainkan memanfaatkan sarana yang sudah ada saja, yakni PDAM Banjar. Tetapi itu terjadi berkat kejelian pimpinan PDAM itu sendiri, yang lantas melakukan pendekatan kepada sang walikota.

Dan dalam perkembangannya, karena terdapat kesesuaian visi dengan Pernerintah Kabupaten yang sangat disokong oleh Pernerintah Provinsi Kalimantan Selatan, maka PDAM itu pun menjadi milik bersama Pemkab Banjar dengan Pemko Banjarbaru. Namanya pun diubah menjadi PDAM Intan Banjar. Nama Intan berasal dari "Kota Intan" Martapura, dan Banjar merupakan nama wilayah Kabupaten.

Dengan adanya MoU antara Pemerintah Kota Banjarbaru dengan Pemerintah Kabupaten Banjar, maka masing masing pemerintah aktif memikirkan pengembangan pelayanan air minum di wilayahnya. Sebagai contoh, Pemerintah Kota tiap tahun mengeluarkan Rp 1 miliar untuk menambah jaringan distribusi untuk perumahan perumahan. Sedangkan untuk wilayah Kabupaten, dalam tiga sampai empat tahun ke depan difokuskan untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah dengan biaya sekitar Rp 100 miliar. Biayanya diharapkan dari APBN sebesar Rp 13 miliar, dari APBD Kabupaten Rp 44 miliar, dan dari Provinsi Rp 35 miliar, sedangkan dari kas PDAM sendiri sekitar Rp 5 6 miliar.

Sementara itu, untuk mengejar amanat MDG tahun 2015, PDAM ini memperkirakan hanya akan mampu mencapai 60%.

Walau sudah banyak kemajuan, PDAM Intan Banjar masih harus bepacu dengan tuntutan perkembangan wilayah itu yang akhir akhir ini berjalan cepat. Ini tentu terkait dengan kegiatan pertambangan dan niaga yang meningkat pesat. Aktivitas ekonomi itu ditandai dengan berkembangnya kompleks kompleks perumahan di wilayah antara Kota Banjarbaru. dengan Martapura. Belum lagi antisipasi jika wacana memindahkan pusat pemerintahan Kalimantan Selatan dari Banjarmasin ke Banjarbaru jadi diwujudkan.

Untuk itu, menurut Rifqie, diperlukan investasi Rp 350 miliar. Di seputar Kota Banjarbaru dan Martapura saja perlu tambahan kapasitas 700 liter per detik Di tengah tengah kedua kota itu, dekat perbatasan dengan Kabupaten Banjar terdapat potensi pelanggan yang terus berkembang. Di situ perlu disiapkan IPA berkapasitas antara 100 hingga 300 liter per detik. Di daerah itu kegiatan niaga sedang berkembang, termasuk kompleks pergudangan.

Program GIS

Selain meningkatkan SDM, PDAM Intan Banjar juga sedang meningkatkan sistem manajemen. Dalam hal. ini banyak tenaga ahli didatangkan, baik lokal maupun regional, di antaranya dari perusahaan-perusahaan konsultan yang ada di Jakarta, bahkan juga tenaga tenaga ahli Akatirta Magelang.

Dalam program capacity building ini, Rifqie Basri juga sangat menyokong kreativitas anak buahnya. Misalnya, program penerapan GIS (geographical information system) seperti diusulkan salah satu stafnya yang baru saja menyelesaikan program pendidikan selama tiga tahun di Akatirta Magelang.

GIS menurut Said Umar, Amd. akhir akhir ini menjadi salah satu topik yang menonjol di Akatirta. Tetapi bukan karena itu ia mengusulkan penerapannya di PDAM Intan Banjar, melainkan karena melihat bahwa sistem informasi ini ke depan akan sangat membantu PDAM dalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. GIS antara lain berguna untuk efisiensi (hemat, cepat dan praktis), menjamin tersimpannya data aset seperti jaringan perpipaan dengan aksesorinya, lengkap dengan ukurannya. Dan data itu selalu up to date karena akan terus menerus disesuaikan dengan perkembangan yang ada.

Dengan GIS dapat pula dengan cepat diketahui apakah suatu kompleks atau wilayah misalnya dapat dilayani atau tidak melihat jaringan pipa transmisi yang ada di suatu lokasi. Seluruh jaringan pun dapat dipetakan, sehingga kalau terjadi kebocoran misalnya, akan segera diketahui lokasinya. Begitu pula dengan lokasi pelanggan, akan dengan mudah dan cepat diketahui, sekiranya ada permintaan sambungan baru di suatu. lokasi, ataupun ada gangguan kebocoran di lokasi pelanggan. Dan masih banyak lagi kegunaan lainnya.

Balas Budi

Dalam perayaan ulang tahun tersebut tak lupa PDAM ini di bawah pucuk pimpinannya Rifqie Basri memberi penghargaan kepada banyak pihak, yang diyakininya banyak membantu sehingga PDAM Intan Banjar telah berada dalam kondisi yang cukup menggembirakan. Penghargaan itu diberikan kepada sejumlah pelanggan yang paling rajin dan disiplin membayar rekening, kepada pelanggan atau masyarakat yang melaporkan gangguan seperti kebocoran maupun pencurian, kepada karyawan yang kreatif, karyawan yang paling lama dan setia mengabdi, dan tidak ketinggalan kepada banyak pihak yang ikut membantu membesarkan PDAM itu seperti tenaga-tenaga konsultan, instruktur, mentor, termasuk Ir. Budi Sucahyo dari BPPSPAM yang ikut hadir dalam perayaan itu.

Sebaliknya, Wakil Gubernur Kalimantan Selatan K.H. Rosehan NB yang bersama sama Wakil Bupati Banjar K.H. M. Hatim, LC dan Wakil Walikota Banjarbaru H.M. Ruzaidin Noor hadir dalam perayaan itu menyatakan rasa senangnya serta sangat menghargai jerih payah jajaran PDAM Intan Banjar hingga mampu mencapai kondisi seperti sekarang. Mengingat air merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia, ia berpesan agar PDAM Intan Banjar terns meningkatkan pelayanannya dalam arti meningkatkan kualitas dan kuantitas airnya, dan menjaga keberlanjutannya.

la mengingatkan perlunya timbal balik hak dan kewajiban di antara PDAM dengan masyarakat pelanggan.

Di sisi lain ia menjanjikan pembuatan sumur sumur bor di kawasan perumahan yang belum terjangkau jaringan PDAM dengan harapan kelak dapat diintegrasikan dengan jaringan perpipaan PDAM bila PDAM sudah mampu meluaskan jaringannya.

Corporate Plan

Ada satu kelebihan PDAM Intan Banjar. Melihat kepentingan yang jauh ke depan, PDAM ini merasa perlu menyusun Corporate Plan atau Rencana Pengembangan Usaha Jangka Menengah (3-5 tahun).

Pertimbangannya adalah, Rencana Induk yang berjangka panjang (10 20 tahun) dinilai tidak cukup menjamin terlaksananya program pengembangan usaha yang berkelanjutan dan konsisten mengingat sifat PDAM yang umum dan berkaitan erat dengan kondisi fisik wilayah setempat. Fasilitas pelayanan PDAM boleh dikatakan padat modal dan tidak bias dipindah pindahkan. Maka pengembangannya perlu dilakukan secara bertahap, rasional, realistis, efisien dan akuntabel. Salah arah, salah kelola dan inefisiensi dapat menimbulkan biaya ekonomi dan biaya sosial yang besar.

Dengan memiliki Corporate Plan, maka PDAM diharapkan dapat menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan secara terarah, konsisten dan berkelanjutan. Kalau tidak, PDAM bisa kehilangan arah, kehilangan momentum dan peluang usaha. Sebagai alat manajemen serta alat berkomunikasi dengan para stakeholder, maka Corporate Plan harus dengan jelas mengidentifikasi stakeholder dan harapan harapan mereka. Di situ juga harus jelas visi dan misi, sehingga para stakeholder dapat mengetahui dan mengapresiasikan potensi maupun kendala yang dihadapi PDAM.

Semangat otonomi daerah, yang antara lain menuntut agar unit unit usaha milik daerah berkembang sehat, efisien dan mandiri, juga menuntut adanya manajemen berupa Corporate Plan. Corporate Plan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan dan pengendalian rencana kerja dan anggaran tahunan perusahaan (RKAP). (Victor Sihite)



Post Date : 31 Juli 2007